Berita gembira kembali menghampiri UGM. Tiga penghargaan sekaligus berhasil disabet dalam ajang Wirausaha Muda Mandiri (WMM). Prestasi yang membanggakan tersebut ditorehkan oleh Agung Susatyo Nugroho, S.H., alumni Fakultas Hukum UGM, yang terpilih sebagai juara I dalam kategori Alumni Industri dan Jasa. Selain itu, Indra Haryadi, Ilmu Komputer, yang sukses meraih juara dua dalam kategori Mahasiswa Industri Kreatif. Berikutnya, Saiqa Ilham Akbar, Manajemen, yang menyabet juara dua dalam kategori Mahasiswa Industri Boga.
Simply Fresh Laundry
Dalam final yang digelar di Jakarta, 19 Januari lalu, Agung Nugroho dipilih sebagai juara pertama dengan mengusung usaha bisnis waralaba laundry kiloan. Dengan usaha laundry yang diberi nama Simply Fresh itu, Agung memang pantas dinobatkan sebagai jawara karena mampu menunjukkan keberhasilannya dalam berwirausaha dan meyerap ribuan karyawan dalam usahanya.
Diceritakan Agung kepada wartawan, awal membuka bisnis laundry pada Februari 2006, ia hanya bermodalkan sebuah mesin cuci, sebuah mesin pengering, dan pinjaman dari lembaga pembiayaan. Untuk ruang usaha pun ia masih mengontrak. “Saat itu saya juga menggunakan BPKB sebagai jaminan untuk mendapatkan modal. Jika dinominalkan semua, modal saya waktu itu 30 juta rupiah,” jelasnya di Fortakgama, Senin (8/2/2010).
Simply Fresh sebenarnya bukan usaha pertama pria kelahiran Palembang ini. Sebelumnya, ia pernah menekuni usaha jual beli handphone dan bisnis pakaian untuk kawula muda. Namun, kedua usaha tersebut kandas. Belajar dari pengalaman usahanya di masa lalu, ia kemudian bangkit lagi dan memutuskan untuk membuka usaha di bisnis laundry kiloan.
Lebih lanjut dikatakan alumnus Fakultas Hukum (FH) UGM ini, laundry-nya dapat berkembang seperti saat ini kerena memiliki kelebihan dibandingkan dengan laundry-laundry yang lain. Ia hanya mengenakan tarif Rp2.500,00/kg dengan menyediakan layanan cuci kilat empat jam jadi. Selain itu, ia juga menyediakan tujuh pilihan aroma pewangi pakaian. Dengan begitu, konsumen dapat memilih jenis pewangi yang diinginkan. Ditambahkan Agung, outlet-nya juga buka selama 24 jam. Di samping itu, ia menyediakan layanan drive thrue di beberapa outlet dan layanan antar. Yang tidak kalah menarik, dalam menjalankan usahanya, Agung menggunakan detergen yang ramah lingkungan dan telah disterilisasi dengan teknologi ultraviolet.
Kini, Agung telah menuai hasil usahanya. Saat ini, ia memiliki 110 outlet dan 200 keagenan di seluruh Indonesia. Omsetnya pun sangat mencengangkan, dalam satu bulan mencapai kisaran 3 milliar rupiah. Ia merasa bersyukur dapat berhasil mengembangkan usaha di usia yang relatif muda, 25 tahun, dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Dojo Hotspot Center
Indra Haryadi, mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer, berhasil meraih juara dua dalam kategori Mahasiswa Industri Kreatif atas usahanya di bidang jasa penyediaan layanan wi-fi berbayar. Usahanya itu didirikan karena ia melihat fenomena penggunaan fasilitas wi-fi yang cukup besar oleh para pemilik laptop, tetapi kelengkapan fasilitas hotspot-nya tidak diimbangi dengan pengelolaan yang baik. Indra melihat belum terdapat ruang yang dapat menampung kebutuhan bagi pengguna komputer jinjing ini.
Berawal dari hal itulah, dengan bermodal 80 juta rupiah, ia membuka usaha dengan konsep hotspot center yang diberi nama Dojo Hotspot Center. Usaha yang telah berjalan sejak 27 April 2008 ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan tempat hotspot lain. “Dojo menyediakan kecepatan akses hingga 6.489 Kbps, tempat beratmosfer Jepang, serta operator yang kompeten,” jelas mahasiswa angkatan 2004 ini.
Meskipun harus mengeluarkan biaya untuk mendapatkan akses internet, Indra memastikan konsumen dapat menikmati akses internet dengan cepat dan nyaman. Dojo hanya mematok tarif Rp2.500,00/jam bagi member, harga ini di bawah rata-rata warnet pada umumnya. Sementara bagi non-member, dikenakan biaya Rp3.500,00/jam.
Di sebuah bangunan dua lantai yang berlokasi di Pogung Kidul usaha tersebut dijalankan. Pada tahun 2008, usahanya mampu menghasilkan omset sebesar 160 juta rupiah. Selanjutnya, pada tahun 2009, omsetnya naik menjadi 280 juta rupiah dengan profit yang diperoleh 130 juta rupiah.
Restoran Hotaru
Sementara itu, Saiqa Ilham Akbar, mahasiswa Manajemen, sukses menyabet juara dua dalam kategori Mahasiswa Industri Boga berkat usahanya yang bergerak di bidang kuliner. Ia bersama sang teman, Pronowo Sukantyoso Putro, mendirikan resto masakan Jepang yang diberi nama Hotaru Japanese Resto. Pilihan membuka bisnis ini, disebutkan Saiqa, karena adanya peluang yang menjanjikan dalam membuka usaha kuliner makanan Jepang. Ia melihat di Jogja banyak terdapat komunitas penggemar budaya Jepang.
Dengan modal awal 90 juta rupiah, mereka berdua menjalankan bisnis kuliner ini. Usahanya dapat dibilang menuai sukses. Dengan memasang harga yang cukup terjangkau, kisaran sepuluh ribu hingga dua puluh lima ribu rupiah, menjadikan resto ini laris dikunjungi penikmat masakan Jepang. Saat ini Hotaru Japanese Resto telah buka di dua tempat, yaitu di Jl. Soragan No. 1 Kasihan Bantul dan di belakang lembah UGM, serta menghasilkan omset 20 juta rupiah/bulan. “Hotaru tidak hanya menyediakan berbagai macam menu masakan Jepang, tapi kami juga menyediakan fasilitas pendukung, seperti pernak-pernik dan busana khas Jepang. Kami juga menyediakan tempat latihan bela diri khas Jepang, yakni Dojo. Dengan adanya fasilitas-fasilitas tersebut menambah kental atmosfer Jepang di resto ini,” jelas mahasiswa angkatan 2005 ini.
(Humas UGM/Ika)