Kebijakan Pengetatan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PTKM) di DIY mulai berlaku pada Senin, 11 Januari, hingga 25 Januari mendatang sebagai upaya untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.
Sebagai bagian dari kebijakan ini, sejumlah pengaturan pun mulai diterapkan, di antaranya berupa pembatasan kegiatan perkantoran dengan menerapkan work from home sebesar 75 persen, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar secara daring, serta pembatasan jam operasional pusat perbelanjaan.
Menurut dr. Yuniantika, tenaga medis Gadjah Mada Medical Center, upaya pengendalian melalui PTKM bisa berhasil jika masyarakat berperan aktif dengan menaati imbauan dan meminimalkan aktivitas di luar rumah.
“Jangan sampai sekolah dan perkantoran libur malah dimanfaatkan untuk jalan-jalan, itu yang akhirnya jadi salah kaprah. Kalau banyak yang seperti itu tujuannya tidak akan tercapai,” ungkapnya dalam sesi bincang-bincang UGM Update yang ditayangkan melalui kanal media sosial UGM, Selasa (12/1).
Ia menerangkan, meski pengetahuan masyarakat terkait protokol kesehatan telah meningkat, namun tidak sedikit juga masyarakat yang masih tak acuh dengan anjuran-anjuran yang selama ini disosialisasikan.
Sejumlah orang, terangnya, masih belum menganggap pandemi sebagai sesuatu yang serius, sampai mereka sendiri, kenalan atau orang terdekat mereka terinfeksi Covid-19.
“Kalau sudah mengenai orang terdekat kesadaran langsung meningkat, tapi kalau belum melihat pasien yang terkena Covid seperti apa, mereka masih cuek saja,” katanya.
Ia menyebut terdapat sejumlah titik lengah penularan Covid-19, misalnya di lingkungan tempat tinggal seperti asrama, lingkungan perkantoran, atau lingkungan keluarga.
Kegiatan keluarga yang melibatkan orang dalam jumlah banyak, terutama mereka yang tidak tinggal dalam satu rumah, dapat menjadi klaster penularan Covid-19 tanpa penerapan protokol kesehatan yang memadai.
“Saat dengan keluarga maka merasa aman dan tidak mungkin tertular karena sering ketemu. Padahal, justru yang tidak disadari bisa ada penularan dari situ,” terang Yuni.
Yuni juga mengungkapkan fenomena yang terjadi di kalangan generasi milenial, yang sebenarnya lebih banyak menerima informasi seputar Covid-19, namun terkadang mengesampingkan anjuran kesehatan demi memenuhi kebutuhan sosial yang tinggi.
“Sebenarnya mereka paham, tapi karena kebutuhan sosial akan sangat sulit untuk mencegah mereka kumpul-kumpul dan mengikuti acara di luar. Terlebih mereka sudah pada fase yang lelah setelah sekian lama belajar atau bekerja dari rumah,” imbuhnya.
Ia pun mengingatkan masyarakat, bahwa memasuki kenormalan baru tidak berarti masyarakat sudah dapat dengan bebas melakukan aktivitas secara normal sebagaimana sebelum pandemi selama menggunakan masker dan mencuci tangan.
Kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah, meski tidak dapat mewadahi keinginan semua pihak, harus dijalankan secara serius agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
“Ini bukan tugas tenaga medis ataupun tanggung jawab pemerintah saja. Justru kami adalah garda terakhir, garda terdepan terletak pada masyarakat. Kalau masyarakat bisa menahan diri dan meminimalkan keperluan di luar, tujuan PTKM ini bisa tercapai,” pungkasnya.
Penulis: Gloria