Ramayda Akmal, seorang dosen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, merupakan sosok yang berhasil menorehkan banyak prestasi melalui karya-karya sastra yang memikat dan memberikan kontribusi positif bagi pemahaman masyarakat. Lahir dengan bakat sastra yang luar biasa, Ramayda Akmal telah menciptakan buku-buku yang tidak hanya meraih penghargaan, tetapi juga memberikan wawasan mendalam terhadap realitas kompleks kehidupan Indonesia.
Baru-baru ini, karya Ramayda berjudul Jatisaba kembali dicetak ulang. Novel ini terbit pertama kali tahun 2009. Buku ini tidak hanya menjadi bukti komitmen panjangnya terhadap sastra, tetapi juga menjadi sebuah wadah bagi gagasan dan pemikiran kritisnya mengenai berbagai isu sosial di Indonesia. Dalam Jatisaba, Ramayda Akmal membahas beberapa poin penting yang menjadi fokus utama dalam pembahasannya. Salah satunya adalah isu human trafficking dan nasib tenaga kerja Indonesia (TKI). Karya ini menggambarkan dengan jelas tantangan dan penderitaan yang dihadapi oleh TKI, memberikan suara bagi mereka yang sering kali terpinggirkan dalam narasi sosial. Selain itu, buku ini juga mengulas kehidupan politik desa di Indonesia di awal tahun 2000-an, menciptakan representasi yang autentik terhadap dinamika politik di tingkat lokal.
Dalam karyanya tersebut, Ayda—panggilan akrabnya—dengan cermat menggambarkan nasib TKI dan buruh migrasi, membuka mata pembaca terhadap realitas kehidupan yang terkadang kelam. Ia mengangkat pembahasan mengenai pentingnya peran perempuan dalam masyarakat yang juga menjadi fokus dalam Jatisaba. Ramayda menyoroti posisi perempuan dengan tajam, menggambarkan tantangan dan ketidaksetaraan yang masih sering dihadapi oleh mereka dalam berbagai lapisan masyarakat.
Alasan Ramayda Akmal menuliskan buku ini tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga bersumber dari kejadian nyata yang terjadi di lingkungannya sendiri. Kepekaannya terhadap realitas sosial di sekitarnya menjadikan karya-karyanya memiliki dimensi kemanusiaan yang kuat.
“Sastra merupakan alat untuk mengangkat kenyataan hidup yang lebih kompleks, daripada hanya sekedar hitam dan putih,” jelas Ramayda.
Ia mengartikan ungkapan tersebut sebagai cerminan keyakinannya bahwa sastra memiliki kekuatan untuk membuka mata dan menyadarkan masyarakat akan kompleksitas kehidupan yang seringkali terabaikan.
Dengan prestasi yang telah diraih dan kontribusi besar terhadap dunia sastra Indonesia, Ramayda Akmal menjadi salah satu tokoh yang patut diapresiasi dan diinspirasi oleh generasi sastrawan masa depan.