![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/210720159532091139222949.jpg)
Gelaran RISE! 1.0 yang diadakan oleh UGM melalui UGM STP, Innovative Academy, PT Gama Inovasi Berdikari, GMUM, dan Swaragama serta Jogja Family sebagai exclusive media partner menuju puncak acaranya. Gelaran ke-6 dan terakhirnya diselengarakan pada hari Kamis (16/7). Acara bincang-bincang kali terakhir ini mengangkat tema “Venture Capital: Leading Your Startups and Cultivating Culture” dengan menghadirkan Martin Hartono, CEO dari GDP Venture, sebagai narasumber.
Berbicara topik tentang startup atau bisnis rintisan tidak bisa terlepas dari pendanaan, entah itu dari angel investor, venturecapital, ataupun pribadi. Martin merupakan salah satu sosok yang menjadi salah satu penggerak sebuah venture capital di Indonesia. Ia juga sangat gencar berbicara tentang pentingnya digitalisasi dan pemanfaatan teknologi dalam membangun startup.
Selain sebagai tokoh dalam Venture Capital, Martin juga dikenal sebagai mentor dalam startup. Hal ini dapat dilihat bagaimana ia memberikan masukan terkait peluang industri yang masih bisa berkembang untuk membangun startup sampai pentingnya penerapan leadershipskill dalam memimpin startup. Melalui acara ini, ia menegaskan bahwa dengan pola pikir, proses, infrastruktur, dan determinasi yang kuat, Indonesia dapat melahirkan banyak sekali world class technopreneurs.
Lebih Lanjut, Martin memaparkan founderstartup yang sudah pernah bekerja di beberapa perusahaan besar menjadi faktor kesuksesan sebuah startup. Namun, ia kemudian bertanya bagaimana dengan UGM yang melahirkan startup dengan founder kebanyakan dari mahasiswa? Ia menjawab bahwa hal ini tidak menjadi masalah dengan adanya faktor dedikasi waktu yang dimiliki oleh founderstartup tersebut.
“Diperlukan latihan 10.000 jam untuk expert dalam bidang tersebut. Bukan sekedar melakukan hal yang sama tapi harus bertumbuh, menyelesaikan setiap masalah yang hadir, mempelajari hal baru, dan menelan pil pahit yang kadang memaksa harus menyerah. Hal itu seperti filosofi ‘R’ dalam ‘RISE!’ yaitu Resilience. Teori ini memberi kesimpulan bahwa untuk menuju kesuksesan dalam startup, founder harus terus berusaha bangkit lagi dan lagi setelah terjatuh berkali-kali,”ungkapnya.
Martin menjelaskan hal yang sepatutnya dilakukan oleh founder startup adalah managing your energy level is important than managing your time. Hal ini dapat mengubah pola pikir founder startup untuk melakukan hal yang lebih solutif terlebih dahulu dalam membangun bisnisnya.
Scalingup start up menjadi hal yang penting dalam membangun startup. Seperti filosofi S dalam RISE!, Martin mengatakan bahwa scalingup dan startup adalah dua hal yang harus disandingkan dalam pengembangan bisnis di dalamnya. Ia menyatakan bahwa you have to start with right metrics dalam melakukan pengembangan bisnis dalam startup. “Kehati-hatian ini sangat penting dalam mewujudkan arah masa depan startup yang sedang dibangun,”ungkapnya.
Hal terakhir yang menjadi catatan Martin Hartono terkait dengan bagaimana venture capital memilih startup-nya adalah tergantung pada rangkaian pendanaan yang diajukan. Hal pertama dan yang menjadi awalan sebuah venture capital meyakini bahwa startup ini baik adalah founding team. Bagaimana venture capital melihat tim yang menjalankan startup tersebut diandalkan.
Terakhir, Martin berpesan kepada para founderstartup agar tidak merasa menjadi diri yang benar 100 persen dalam berkecimpung dalam bisnis. “Hal ini menyebabkan hal-hal yang seharusnya menjadi hal prioritas dilakukan menjadi tertutup dengan hal-hal yang dilakukan berdasarkan ego, dari sinilah proses learning to unlearn menjadi hal penting dalam membangun startup,” pungkasnya.
Penulis: Hakam
Foto: Okezone.com