Polemik perkembangan artifisial intelijen (AI) menjadi topik hangat dalam beberapa tahun terakhir. Keberadaan AI menawarkan berbagai kemudahan dan efisiensi, namun juga memunculkan berbagai dampak negatif. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM bersama Center for Digital Society (CfDS) menginisiasi Mata Kuliah Kecerdasan Digital (MKKD) sebagai upaya meningkatkan kesiapan masyarakat menghadapi perkembangan teknologi.
MKKD ke-5 digelar pada Senin (2/9) melalui siaran Live Youtube. Mata kuliah ini sengaja digelar secara terbuka dan gratis untuk publik. Topik yang diangkat adalah “Mendalami Riset Digital di Era Kecerdasan Artifisial” dengan menghadirkan pembicara dan ahli dari bermacam-macam bidang.
Hadir dalam diskusi tersebut Janitra Haryanto, sebagai Perwakilan Pengajar Kelas Kecerdasan Digital Dasar MKKD 2024, Sidiq Hari Madya, Perwakilan Pengajar Kelas Metode Riset Digital MKKD 2024, dan Ratri Arista, mewakili Alumni MKKD tahun sebelumnya.
Wawan Mas’udi, selaku Dekan Fisipol UGM menyatakan bahwa MKKD merupakan salah satu kontribusi kampus untuk mewujudkan pendidikan inklusif. “Merupakan komitmen kami untuk memastikan agar berbagai bentuk transformasi digital yang berlangsung bisa berakhir pada kesejahteraan untuk semuanya,” ujarnya.
Menurutnya, perkembangan digital harus bermanfaat bagi masyarakat untuk meningkatkan dan mendorong kesejahteraan, bukan hanya pada golongan tertentu saja. Maka dari itu, penting bagi kampus sebagai institusi pendidikan untuk membuka pintu pengajaran bagi masyarakat luas.
Berkembangnya teknologi digital menyebabkan pergeseran di sektor ketenagakerjaan. Kemudahan menggunakan AI bahkan bisa mempersingkat pekerjaan hingga 30%. Sayangnya, tidak seluruh individu memiliki kesempatan untuk menguasai penggunaan AI. Hal ini mengakibatkan banyaknya pekerjaan yang dengan mudah digantikan dengan AI, tapi tidak diimbangi dengan peningkatan kompetensi tenaga kerja. Padahal AI diproyeksikan akan memiliki tingkat pertumbuhan tahunan sebesar lebih dari 24,4 persen dari tahun 2023-2030. “Ketika seseorang telah menggunakan AI, waktu yang telah dihemat menggunakan AI, 30 persennya digunakan untuk kegiatan administrasi rutin. Padahal, waktu ini bisa digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang lebih strategis dan bernilai lebih tinggi,” ucap Janitra selaku pengajar MKKD 2024.
Pemerintah saat ini telah mencanangkan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial 2020-2045 sebagai arah kebijakan nasional menghadapi AI. Poin-poin dalam kebijakan tersebut digunakan sebagai panduan penggunaan AI bagi industri, organisasi, bahkan individu masyarakat.
Memahami teknologi dan potensinya bagi masyarakat memerlukan riset mendalam. Riset digital dipelajari dalam rangka memproduksi insight, informasi, dan pengetahuan di tengah situasi masyarakat sebagai produsen data. Sidiq Hari Madya yang juga salah satu pengajar MKKD membahas pentingnya riset dan analisis data dalam industri masa kini. Banyak sektor yang mengutamakan pengolahan data konsumen untuk melihat insight, informasi, dan perilaku konsumen guna menyusun strategi pemasaran maupun kebijakan. “Kita memerlukan satu pendekatan baru yang adaptif di tengah konteks masyarakat digital. Riset digital dikembangkan untuk menyesuaikan dengan konteks perkembangan teknologi, mulai dari media sosial, IoT, semua alat rekam yang bahkan kita bawa sehari-hari,” tutur Sidiq. Ia menekankan bahwa kompetensi digital menjadi nilai tambah bagi individu di tengah persaingan tenaga kerja masa kini.
Salah satu alumni MKKD, Ratri Arista mengaku sangat terbantu dengan adanya kuliah keterampilan digital yang diselenggarakan CfDS dan Fisipol UGM. Skill Digital membantu seseorang mengembangkan critical thinking di segala bidang, termasuk pengolahan data. Saat ini, Ratri berprofesi sebagai consumer insight researcher yang bertugas memetakan kebutuhan konsumen dengan kapasitas brand atau perusahaan. “Sebagai peneliti, atau sebagai pengguna data yang bijak, kita perlu mempertimbangkan semua perspektif dan ‘ngobrol’ untuk kemudian akhirnya dapat mengembangkan suatu produk. Ketika kita melihat suatu masalah, perlu melihat secara komprehensif,” jelas Ratri.
Perkembangan teknologi sejatinya ditujukan untuk mempermudah segala aktivitas manusia. Namun seiring berjalannya waktu, manusia yang tidak bisa beradaptasi akan kesulitan dengan keberadaan teknologi yang semakin canggih. Sayangnya tidak semua masyarakat memiliki kesempatan mengenyam pendidikan untuk meningkatkan kompetensi penguasaan digital. Karenanya, kelas terbuka yang diselenggarakan Fisipol UGM ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat agar “melek” digital dan dapat bersaing di ranah profesional.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson