Mia Yunita, mahasiswa prodi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, merupakan salah satu 3.627 yang diwisuda pada 28-29 Agustus lalu di Grha Sabha Pramana UGM. Mia dinobatkan sebagai wisudawan termuda yang berhasil menyabet gelar sarjana di usia 20 tahun 1 bulan 9 hari. Padahal Usia rata-rata lulusan program sarjana adalah 22 tahun 6 bulan 15 hari.
Mia mengaku bangga dapat menyelesaikan studinya tepat waktu, yaitu dalam jangka waktu 4 tahun. Ia pun tidak menyangka mendapat predikat sebagai lulusan termuda pada periode wisuda kali ini. Mia bercerita bahwa ia bisa lulus sarjana di usia 20 tahun dikarenakan saat masuk kuliah di usia 16 tahun.
Namun begitu, masuk kuliah di usia 16 tahun bukanlah hal yang mudah untuknya. Di awal perkuliahan, Mia sempat merasa minder karena merasa belum seharusnya berada di tahap kuliah. “Aku sempat inferior, apalagi setelah mengetahui diterima di FKH UGM, banyak orang yang berekspektasi tinggi. Banyak yang menganggap aku sepintar itu,” ujar Mia ketika dihubungi Selasa (10/9).
Meski memulai studinya di UGM di usia relatif muda dibanding rekan mahasiswa lainnya di FKH, Mia dapat mengimbangi tempo belajar dan aktivitas teman-teman yang lain. Bahkan sejak ia duduk di bangku SMP, Mia sudah terbiasa mengerjakan tugas, ujian, dan pekerjaan rumah yang padat. Ditambah lagi, ia harus bisa mengejar materi dalam waktu 2 tahun ketika mengikuti program akselerasi di SMA. Hal itu membuatnya terbiasa dan tidak kaget dengan tugas-tugas kuliah di UGM.
Menurutnya, menikmati proses belajar adalah hal yang paling penting ketika menuntut ilmu, baik di jenjang SMP, SMA, maupun kuliah. Mia mengenang saat ia memutuskan untuk mengikuti program akselerasi karena ia menyukai dan tertarik dengan hal-hal yang dianggap unik. “Saya tidak keberatan ketika harus menghabiskan banyak waktu untuk menyusun laporan praktikum sambil mencari materi lain yang belum diajarkan. Sehingga saya bisa belajar lebih dalam tentang bidang yang saya tekuni,” katanya.
Untuk bisa lulus tepat waktu, Mia memiliki teknik belajarnya tersendiri agar bisa fokus dengan hal-hal yang ia sedang kerjakan. Ia menggunakan teknik pomodoro, yaitu belajar atau mengerjakan sesuatu selama 25 menit, lalu istirahat selama 5 menit. Teknik ini ia lakukan secara berulang sampai 3 jam. Selain itu, lingkungan dan suasana yang nyaman sangat penting untuk meningkatkan fokus belajar. “Sebelum belajar, saya merapikan meja belajar, mengatur suhu ruangan, menyiapkan cemilan, dan menjauhkan ponsel dari meja agar tidak mudah terdistraksi,” katanya.
Selain unggul di bidang akademik, Mia tidak lupa untuk memperkuat relasi antar mahasiswa lewat organisasi dan kepanitiaan. Ia sempat menjadi mentor mahasiswa baru di Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB) Vetebrae UGM 2021. Mia juga tergabung sebagai Liaison Officer di acara Musyawarah Kerja Nasional yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (IMAKAHI) di UGM.
Mia memberikan tips tentang cara belajar yang efektif dengan metode menghafal. Sejak kuliah, ia mulai menghafal dengan cara meninjau ulang catatan senior atau materi yang diberikan oleh dosen. Setelah itu, barulah ia menggarisbawahi unsur-unsur terpenting dari materi tersebut untuk kemudian dihafalkan. “Keingintahuan adalah hal penting untuk mempertahankan semangat berkuliah. Dengan itu, mahasiswa dapat menggali ilmu sebanyak-banyaknya,” pungkasnya.
Penulis : Tiefany
Editor : Gusti Grehenson