RISE! 1.0 | Business 101: Learning to Unlearn kembali digelar pada Jumat (3/7) malam lalu. Seminar daring yang digelar oleh UGM melalui UGM STP, Innovative Academy, PT Gama Inovasi Berdikari, GMUM, dan Swaragama serta Jogja Family sebagai exclusive media partner kali ini merupakan gelaran ke empatnya.
Tema yang diangkat kali ini adalah“Managing Inevitability of Change with Innovation Management”. Untuk membedahnya hadir hadir Dr. Hargo Utomo, M. B. A., M.Com (Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM) serta Ahmad Yuniarto (Excecutive Coach & Senior Advisor Strategic Management).
Hargo Utomo mengawali dengan menyampaikan harapan yang besar kepada bangsa ini dalam menyikapi perubahan. Ia ingin mengajak berfikir semua partisipan dalam seminar daring kali ini untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik untuk bangsa ini. Ia mencontohkan how to dealing with inevitable changes dengan fenomena pandemi sekarang ini.
Menurut Hargo, pandemi adalah sesuatu yang tidak diinginkan oleh semua orang, tetapi harus dihadapi dengan cara yang tepat. Bukan hanya dengan bereaksi, namun dengan merespons melalui strategi, utamanya para pemangku kepentingan dari universitas lain, BUMN ataupun badan pemerintahan, dan berbagai perusahaan swasta.
Hargo menekankan beberapa pernyataan yang pernah ditulisnya dalam Jakarta Post 16 tahun yang lalu. Pernyataan tersebut di antaranya adalah “perubahan adalah satu kata yang kerap kali dinanti tapi juga dapat ditakuti baik pada tataran individual maupun organisasional”, “ragam alasan dapat diungkap dan dipergunakan untuk menjustifikasi adanya perubahan itu. Pikiran positif mengarahkan kita bahwa perubahan (besar atau kecil), akan dilakukan untuk memperbaiki proses, prosedur, produk, atau luaran tertentu yang diharapkan.”, “ untuk menghindari fenomeno surprise and fear of the unknown, maka peran sebagai pembelajar, yang bertumpu pada knowledge, skill, dan wisdoms memiliki urgensi bagi seseorang atau organisasi dalam menginisiasi dan mengawal perubahan.” Pernyataan terakhir relevan dengan konteks RISE! 1.0 yaitu proses learning to unlearn dari seorang pembelajar.
Menanggapi pemaparan dari Hargo Utomo, Ahmad Yuniarto membenarkan bahwa proses learn, unlearn, dan relearn adalah proses yang bisa diterapkan ketika kita menjadi seorang learner. Ia juga menjelaskan bagaimana setelah itu kita harus menerapkan reflective learning yang dimulai dari merenung kemudian memproses apa saja yang kita cerna untuk diputar ulang sebagai langkah terakhir dalam proses tersebut.
“Upaya dalam menerapkan menajemen inovasi ini merupakan upaya dengan memanfaatkan ekosistem yang mana tidak hanya ekosistem internal, tetapi juga ekosistem eksternal yang ada, salah satunya dengan metode open innovation. Dengan menggunakan metode ini, ekosistem – ekosistem (internal maupun eksternal) yang ada bisa digabungkan dan saling melengkapi untuk menumbuhkan inovasi,” ungkapnya.
Yuniarto menyebut UGM sebagai universitas yang mempunyai peran penting sebagai fasilitator dan pendukung dalam mewujudkan open innovation ini dalam berbagai ranah, yaitu research and development, lisence, commercial product, serta product development. Dalam hal ini, UGM yang berperan sebagai sumber inovasi bisa dimulai dari riset atau ide yang dapat dikolaborasikan dengan technopark yang dimiliki oleh UGM.
Metode lain dalam manajemen inovasi yang dipaparkan oleh Yuniarto adalah frugal innovation yang berarti achieve more with less. Hal itu yakni bagaimana suatu entitas dapat mengencerkan kompleksitas pemanfaatan (dalam pengembangan teknologi maupun produk) agar sesuai dengan tujuan.
“Dengan berbagai metode ini, saya harap UGM dapat mencoba membawa sumber daya untuk membangun ekosistem untuk pergerakan inovasi. Salah satunya dapat melalui PT Gama Inovasi Berdikari yang mana mempunyai peran penting dalam scaling up bisnis melalui inovasi,” pungkasnya.
Penulis: Hakam