Campak dan rubela nampaknya masih menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat Indonesia. Sebagai penyakit menular yang disebabkan oleh virus, ia bisa mengakibatkan komplikasi berat seperti malformasi kongenital hingga kematian.
Mengingat mortalitas dan morbiditas dari campak-rubela tersebut, Divisi Neurologi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada secara konsisten melakukan kegiatan pengabdian untuk meningkatkan taraf hidup dan kesehatan masyarakat. Pada tahun 2024 ini, tim pengabdian Masyarakat pun kembali melakukan pengabdian dengan mengusung tema Upaya Eliminasi Campak-Rubela untuk Mencegah Kejadian Congenital Rubella Syndrome (CRS) di Kabupaten Kulon Progo dan Gunungkidul.
Kegiatan pengabdian digelar sebagai kelanjutan roadmap penanganan Congenital Rubella Syrndrome yang sudah dimulai sejak tahun 2013. Kegiatan ini akan terus dilakukan hingga tahun akhir 2025 dengan mentarget terjadinya eliminasi Campak-Rubela di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sehingga kasus Congenital Rubella Syndrome (CRS) dapat ditekan.
Prof. Dr. dr. Elisabeth Siti Herini, Sp.A(K) mengatakan tim pengabdian masyarakat kali ini memilih kabupaten Kulon Progo dan Gunungkidul sebagai lokasi awal eliminasi campak-rubela. Lokasi ini dipilih karena cakupan vaksinasi measles-rubella (MR) tertinggi ada di Kabupaten Kulon Progo (98,59%), diikuti Kabupaten Gunung Kidul (97,63%) dan kedua kabupaten tersebut memiliki kasus positif campak terendah di DIY yaitu 22 kasus di Kabupaten Kulon Progo dan 15 kasus di Kabupaten Gunungkidul. “Harapannya, dengan cakupan imunisasi yang tinggi dan kasus positif yang rendah, eliminasi dapat dimulai dari kedua kabupaten tersebut sehingga dapat menjadi contoh bagi kabupaten/kota lain di Provinsi DIY”, ujar Siti Herini ketua tim pengabdian di FKKMK UGM, Kamis (26/9).
Kegiatan pengabdian pada masyarakat diawali dengan advokasi bersama Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul yang telah dilaksanakan secara daring, Kamis (20/6). Kegiatan advokasi bersama ini dalam rangka membentuk koordinasi dengan instansi terkait untuk meningkatkan upaya eliminasi campak-rubela dalam rangka pencegahan CRS di wilayah Kabupaten Kulon Progo dan Gunung Kidul.
Dilanjutkan pertemuan dengan Dinas Kesehatan Provinsi DIY, Kabupaten Kulon Progo & Kabupaten Gunungkidul, dan perwakilan puskesmas di masing-masing kabupaten pada Senin (1/7) dan di Gunungkidul Rabu (3/7). Pada pertemuan tersebut disampaikan pemaparan berupa overview kegiatan pengabdian masyarakat, penyakit campak-rubela, imunisasi MR, dan strategi Dinas Kesehatan Provinsi DIY dalam percepatan eliminasi campak-rubella/CRS. “Kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat umum melalui tenaga kesehatan mengenai penyakit campak-rubela, termasuk penularan, perjalanan penyakit, komplikasi, dan pencegahan” terang Siti Herini.
Secara keseluruhan kegiatan pengabdian pada masyarakat dilakukan tiga departemen di lingkungan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM. Pengabdian dalam rangka upaya eliminasi Campak-Rubela guna mencegah kejadian Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2024 ini dilakukan Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Departemen Penyakit Mata, Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada.
Selain Prof. Dr. dr. Elisabeth Siti Herini, Sp.A.(K), mereka yang terlibat pengabdian diantaranya dr. Agung Triono, Sp.A(K), dan dr. Kristy Iskandar, M.Sc., Ph.D., Sp.A.(K). Juga Dr. dr. RR. Ratni Indrawanti, Sp.A.(K), Prof. dr. Mei Neni Sitaresmi, Ph.D., Sp.A.(K), dr. Albaaza Nuady, Sp. M, dr. Ashadi Prasetyo, M.Sc, Sp. THT-KL, Avianti Paramastuti, ST, dan dr. Andika Priamas Nugrahanto.
Penulis : Agung Nugroho