Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea Universitas Gadjah Mada menggelar Women’s Film Festival sebagai bagian dari rangkaian acara tahunan 19th Korean Days, yang berlangsung pada 2-10 November 2024. Festival film ini bertujuan untuk menyoroti berbagai isu perempuan melalui sinema Korea dan memperluas wawasan mahasiswa serta masyarakat tentang budaya dan kehidupan perempuan di Korea. Berlangsung di Ruang 709 dan Auditorium Gedung Soegondo Lt. 7, Fakultas Ilmu Budaya UGM, sejak sabtu (2/11) lalu, Festival ini menampilkan sejumlah judul terkenal seperti Kim Ji-Young: Born 1982 (2019), Sunday Morning in Victoria Park (2010), Before, Now, & Then (2022), dan Cart (2014).
Pembukaan festival dimeriahkan oleh penayangan Kim Ji-Young: Born 1982, film Korea Selatan yang diadaptasi dari novel kontroversial karya Cho Nam-joo. Kisah ini mengikuti perjalanan hidup seorang perempuan bernama Kim Ji-Young (diperankan oleh Jung Yu-mi), seorang ibu rumah tangga berusia 30-an yang mengalami perubahan psikologis hingga ia mulai berbicara dan bertindak seperti sosok-sosok penting di masa lalunya, termasuk ibunya dan teman perempuannya. Suaminya, Dae-Hyun (diperankan oleh Gong Yoo), menjadi semakin khawatir atas kondisi Ji-Young dan mendukungnya dalam menghadapi tekanan yang ia alami.
Melalui kisah hidup Ji-Young, film ini menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi perempuan Korea dalam masyarakat patriarkal yang menekan kebebasan mereka, baik sebagai istri, ibu, maupun anak perempuan. Ji-Young tumbuh di lingkungan yang sering kali meremehkan aspirasinya, membebankan ekspektasi besar padanya, dan mengabaikan perannya sebagai individu. Kondisi mental Ji-Young yang semakin memburuk menggambarkan dampak ketidakadilan yang ia alami, yang merefleksikan tekanan sosial terhadap perempuan di Korea Selatan.
Kim Ji-Young: Born 1982 mendapatkan apresiasi luas karena berani mengangkat isu-isu yang dianggap sensitif, seperti ketidaksetaraan gender dan kesehatan mental perempuan. Film ini berhasil menggugah kesadaran masyarakat dan memicu diskusi penting tentang hak-hak perempuan dan kesejahteraan mental di Korea.
Setelah penayangan film, acara dilanjutkan dengan Star Talk bersama sutradara Kim Ji-Young: Born 1982, Kim Do-Young, yang hadir melalui Zoom meeting. Kim Do-Young, yang memulai karirnya di dunia teater dan telah berkecimpung dalam dunia film selama 19 tahun, menjelaskan proses kreatif dan tantangan yang ia hadapi selama pembuatan film ini. Wawancara ini dipandu oleh Febriani Elfida Trihtarani, S.S., M.A., yang bertindak sebagai moderator sekaligus penerjemah.
Dalam sesi wawancara, Kim Do-Young berbagi pandangannya tentang relevansi isu yang diangkat oleh film tersebut dan mengakui bahwa proyek ini menuai banyak kritik, terutama dari kalangan konservatif yang menganggap film ini kontroversial karena tema feminisnya. Namun, ia dan tim produksi tetap yakin untuk melanjutkan produksi film tersebut. “Saat itu, isu feminisme sedang marak dan kami merasa ini adalah waktu yang tepat untuk mengangkatnya melalui sinema. Meskipun penuh tantangan, kami yakin film ini dapat memberikan perspektif yang penting,” ujar Kim Do-Young.
Dengan pemutaran dan diskusi film-film seperti Kim Ji-Young: Born 1982, Women’s Film Festival diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam tentang berbagai isu yang dihadapi perempuan di Korea, sekaligus membuka dialog tentang ketidaksetaraan gender, hak-hak perempuan, dan kesejahteraan mental.
Penulis : Rahma Khoirunnisa
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Netflix