Eksistensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) telah terbukti ketangguhannya bahkan saat pandemi Covid-19 melanda dan mampu menjadi pilar penyokong ekonomi nasional. Akan tetapi, para pelaku UMKM masih perlu pendampingan dalam melakukan transformasi digital agar dapat semakin berkembang. Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, S.Fil., M.Sc., M.B.A mengatakan ada 4 tantangan pengembangan adopsi digital UMKM saat ini, yakni kapasitas keuangan, koneksi internet, keterampilan digital, dan keterbatasan perangkat komputer.
Untuk mendorong peningkatan kapasitas penguasaan digital di kalangan pelaku UMKM, kata Wamen Nezar, pihaknya membuat program pembangunan infrastruktur telekomunikasi, pelatihan talenta digital UMKM, pendampingan UMKM level up, dan akselerasi bisnis UMKM. “Tentunya ini semua perlu dilakukan melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat bisnis, perguruan tinggi, fasilitator, aktivis UMKM, dan wirausahawan,” kata Nezar dalam seminar bertajuk “Strategi dan Praktik Baik dalam Meningkatkan Kapasitas UMKM untuk Naik Kelas” yang diselenggarakan oleh UGM dan Kagama, Minggu (3/11), di ruang Multimedia, Gedung Pusat UGM.
Dalam kesempatan itu, Nezar memberikan percontohan praktik baik digitalisasi UMKM di tanah air yang telah berhasil tembus hingga pasar dunia dan bisa naik kelas, yakni startup Efishery. “Seperti contohnya Efishery ini, bisnis sederhana apabila diintervensi oleh teknologi digital yang tepat dapat memperkuat produksi, mengoptimalisasi hasil, dan yang paling penting membangun ekosistem,” jelasnya.
Praktisi Digital Marketing Specialist, Iwan J. Prasetyo, menuturkan fakta yang ditemukan di lapangan adalah mendorong pelaku usaha untuk membuat konten dan branding untuk meningkatkan penjualan. “Banyak pelaku UMKM sudah merasa pintar digital karena telah memiliki akun media sosial, padahal dalam unggahannya hanya ada satu postingan,” kata alumnus UGM ini.
Iwan menilai keterampilan yang dibutuhkan UMKM setidaknya adalah foto atau video, membuat copywriting, analisis data unggahan, dan menguasai aplikasi penunjang yang terdiri dari media sosial, marketplace, Google Ads, aplikasi editing, dan AI. Dalam hal ini, kesadaran digital asset menurutnya perlu ditekankan, “Memiliki kesadaran bahwa akun media sosial adalah aset usaha, maka akan muncul pula tanggung jawab pengelolaan akun dan digitalisasi dapat berjalan dengan baik,” terangnya.
Agus Mashud S. Asngari selaku Presiden Direktur Pertamina Foundation memaparkan kiprah Pertamina untuk mendukung pengembangan kapasitas pelaku Usaha Kecil Mikro (UMK) dengan meluncurkan UMK Academy sebagai program pembinaan dengan kurikulum intermediate hingga advance. “Benefit yang ditawarkan dalam program ini berupa bantuan alat produksi, pelatihan inkubasi, pendampingan, jejaring, akses permodalan, dan pameran,” katanya.
Terkait dengan masalah pendanaan, Dr. Kaspar Situmorang selaku Kepala Divisi Inovasi Digital BRI memaparkan kesiapsiagaannya untuk berkolaborasi dengan sebanyak-banyaknya UMKM yang ingin bergabung agar dapat memanfaatkan LinkUMKM. Produk BRI ini mampu membantu asesmen, meningkatkan cakupan pelaku usaha ke pasar dagang sesuai dengan produk keuangan yang cocok, melakukan evaluasi, hingga menjembatani ekspor ke seluruh dunia.
Penulis : Bolivia
Editor : Gusti Grehenson