Fakultas Teknik (FT) UGM menggelar pameran diseminasi produk hasil penelitian pada Jumat (8/11). Pemeran ini menghadirkan kumpulan produk penelitian dosen FT UGM, hilirisasi FT UGM, hingga pameran mahasiswa. Bertempat di gedung serbaguna Engineering Research and Innovation Center (ERIC), pameran akan berlangsung selama selama seminggu, yakni 8-15 November 2024 mulai pukul 09.00-15.00 WIB.
Salah satu stan terlihat menarik perhatian pengunjung dengan jejeran kain bermotif batik. Produk kain ini merupakan hasil diseminasi riset Dr. Ir. Edia Rahyuningsih dari Teknik Kimia UGM. Produk utamanya merupakan bahan pewarna alami dari bagian-bagian pohon merbau, tingi, jelawe, dan tegeran. “Kain batik ini bernama Gamaindigo. Bahan pewarna ini kami kembangkan dengan bahan-bahan alami dari kayu, daun, sampai akar pohon,” terang Ibu Heni, salah satu pegiat Batik Gamaindigo.
Melalui serangkaian proses pengolahan, pewarna Gamaindigo ternyata memiliki pigmentasi warna yang baik dan cenderung tahan lama. Heni menjelaskan, satu liter pewarna bisa digunakan untuk mencelup kain berkali-kali agar hasilnya maksimal. Ia juga memperagakan bagaimana kain Batik Gamaindigo diproduksi. “Pertama kita bentuk polanya seperti batik pada umumnya, bisa menggunakan teknik ikat, dlujur, atau jumput. Baru kain dicelupkan ke pewarna, dijemur, dicelupkan lagi, begitu terus sampai pewarna habis,” terang Heni.
Kain yang sudah diwarnai harus direndam menggunakan tawas atau kapur. Fungsinya agar warna pada kain tidak mudah luntur dan tahan lama. Gamaindigo menjual pewarna alami ini dalam dua bentuk, yakni cair dan serbuk. Harga yang diberikan juga cukup terjangkau, yakni sekitar Rp50.000 setiap kemasan pewarna beserta bahan aditif yang diperlukan, serta sudah bisa mewarnai sekitar 3 meter kain. Pewarna alami ini juga diunggulkan karena tidak menghasilkan karsinogenik, sehingga lebih ramah lingkungan dibanding pewarna tekstil lainnya.
Selain Batik Gamaindigo, ada juga hasil riset di sektor bahan tambang. Gamahumat adalah inovasi ekstraksi asam humat dari batu bara yang mampu menghasilkan sejumlah produk residu. Dijelaskan oleh Candra dan Anton dari Tim Gamahumat, batu bara merupakan komoditas berharga yang pemanfaatannya masih menyisakan banyak residu. Sisa pengolahan batu bara yang telah teroksidasi menghasilkan senyawa asam humat, asam fulvat, dan humin.
“Asam humat dimanfaatkan untuk memperkaya unsur hara bagi tanah, jadi kami manfaatkan sebagai (pendamping) pupuk,” jelas Candra. Produk Gamahumat telah diimplementasikan pada sektor pertanian padi. Hasilnya, beras tanpa pupuk kimia mampu dihasilkan dengan kualitas yang hampir sama dengan beras lainnya. Candra menambahkan, memang ada sedikit perbedaan dari segi bentuk bulir padinya. Namun ketika sudah menjadi nasi, rasanya sama dengan beras pada umumnya.
“Inovasi ini idenya adalah memanfaatkan batu bara secara maksimal, tanpa sisa. Jadi selain asam humat, hasil olahan lainnya juga berupa fulvat dan briket batu bara,” tambah Candra. Hasil riset ini juga mendukung Program Peningkatan Nilai Tambah (PNT) batu bara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020.
Tak hanya hasil riset dosen, mahasiswa juga turut unjuk gigi dalam pameran ini. Gadjah Mada Flying Object Research Center (Gamaforce) menampilkan berbagai karya robotik yang telah mendapatkan penghargaan nasional hingga internasional. Zulfa, salah satu anggota Gamaforce menjelaskan bagaimana proses pembuatan model pesawat robotik karya Gamaforce.
“Biasanya kami riset di Januari, dan setiap dua bulan kami ada evaluasi untuk produk. Nah, sekitar Agustus sampai September kami sering ikutkan lomba,” ucap Zulfa. Karya terbaru bernama Fiachra Aeromapper dengan kemampuan pemetaan autonomous. Pesawat ini dikembangkan untuk memetakan daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau seperti daerah bencana.
Pesawat Gamaforce lainnya seperti Rasayana, GMFC, Khageswara, Ashwincharra, Sayakawidya, dan Virachakra. “Kita juga sudah berkali-kali menang Kontes Robot Terbang Indonesia, terakhir kita juga meraih medali di Turki,” lanjut Zulfa.
Pameran produk penelitian Fakultas Teknik UGM berhasil menampilkan berbagai inovasi kampus yang mampu bersaing. Harapannya, akan semakin banyak hasil diseminasi riset hingga dapat dimanfaatkan oleh industri dan masyarakat.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto