Pusat Bioetika dan Humaniora Kesehatan (CBMH) Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan lunch discussion dan sharing of experience bersama Prof. Christoph Stückelberger, pendiri dan Honorary President dari Globethics. Diskusi yang berlangsung di Gedung Penelitian dan Pengembangan FK-KMK UGM fokus membahas metode pengajaran etika serta bagaimana kebijakan berbasis etika dapat diterapkan di berbagai sektor.
Christoph Stückelberger dalam diskusi menekankan pentingnya pendidikan etika diajarkan sejak dini. Menurutnya, pendidikan etika,dimulai dari pengenalan dilema nyata yang dihadapi masyarakat sehari-hari, seperti aksesibilitas layanan kesehatan dan biaya teknologi medis. “Etika harus diajarkan dengan cara yang mendekatkan teori ke kenyataan, agar mahasiswa tidak hanya memahami konsepnya tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan nyata,” jelasnya, Senin (18/11).
Para peserta yang hadir pun sepakat bahwa pendekatan tidak hanya meningkatkan pemahaman, tetapi juga mendorong pembentukan nilai-nilai etika dalam setiap individu. Selain itu, mereka pun sepakat terkait pentingnya pengembangan panduan pelatihan dan integrasi materi etika di kurikulum pendidikan untuk memperkuat dasar-dasar bioetika di masyarakat.
Secara keseluruhan diskusi menyoroti tentang kebutuhan untuk memperkuat edukasi bioetika di berbagai tingkat, mulai dari siswa hingga para pengambil kebijakan. Diawal-awal jalannya diskusi pertama, para pembicara menekankan pada pentingnya pengajaran etika yang relevan dan praktis.
Selanjutnya, diskusi beralih mengenai pembuatan kebijakan kesehatan yang bertujuan menciptakan regulasi yang adil dan transparan. Salah satu isu utama yang dibahas adalah dampak korupsi di sektor kesehatan dan infrastruktur, yang sering kali menghambat keadilan dalam pelayanan publik.
Terkait hal ini, Christoph Stückelberger menegaskan perlunya kebijakan yang dirancang untuk meminimalkan risiko korupsi dengan memperkuat regulasi dan pengawasan. Korupsi, disebutnya, tidak hanya melukai kepercayaan masyarakat, namun juga menghambat akses mereka terhadap layanan penting. “Ini adalah tantangan etika yang membutuhkan solusi berbasis nilai-nilai moral,” terangnya.
Dr. Dra. Retna Siwi Padmawati, M.A selaku Direktur CBMH UGM menyatakan pertemuan dalam rangka diskusi ini menjadi langkah penting dalam memperkuat kolaborasi antara CBMH dan Globethics. CBMH UGM sangat mengapresiasi diskusi kali ini karena membuka wawasan baru tentang bagaimana pengajaran dan kebijakan etika dapat saling mendukung. “Harapannya, hasil diskusi ini dapat menjadi landasan untuk memperkuat peran bioetika dalam pendidikan dan kebijakan nasional,” ungkap Retna Siwi Padmawati.
Diskusi ini diakhiri dengan refleksi bersama tentang pentingnya kerja sama lintas sektor dan pengembangan panduan pelatihan untuk mendukung pengajaran etika secara menyeluruh. Melalui kegiatan seperti ini, CBMH UGM bertekad terus berkontribusi dalam mempromosikan bioetika sebagai fondasi untuk pendidikan dan kebijakan publik yang berkelanjutan.
Penulis : Agung Nugroho