Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Marching Band UGM sukses menggelar pertunjukkan akbar di Ramayana Ballet Prambanan, Minggu (10/11). Pagelaran yang bertajuk “Pangupajiwa: Marta Sang Mahapatih Gajah Mada” ini dilaksanakan bertepatan dengan perayaan Hari Pahlawan sekaligus menjadi puncak perayaan 45 tahun berdirinya Marching Band UGM sejak tahun 1979.
Marching Band UGM tidak hanya berhasil mempersembahkan sebuah karya seni yang luar biasa, tetapi juga mengingatkan kita semua bahwa budaya dan sejarah Indonesia harus terus dijaga dan dihargai oleh setiap generasi. “Sebagai generasi muda, kami merasa penting untuk melestarikan warisan budaya kita, terutama di tengah modernisasi yang terus berkembang. Melalui pagelaran ini, kami ingin menunjukkan bahwa kesenian tradisional Jawa tetap memiliki tempat yang kuat di hati masyarakat, terutama dalam bentuk yang lebih kreatif dan inovatif,” ujar Manajer Umum Marching Band UGM dalam keterangan yang dikirim ke wartawan, Jumat (29/11).
Pagelaran Pangupajiwa, Marching Band UGM menggandeng Gutami Hayu Pangastuti dari Teater SMA Negeri 2 Yogyakarta, Teater SMA Negeri 3 Yogyakarta, Mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, serta Unit Kesenian Jawa Gaya Surakarta (UKJGS) UGM. Semangat melestarikan budaya tradisional nusantara telah menghadirkan kolaborasi luar biasa antara komunitas generasi muda di panggung terbuka Ramayana Ballet Prambanan.
Pagelaran Pangupajiwa secara khusus menceritakan kisah hidup Patih Gajah Mada, sosok legendaris yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Upayanya dalam menyatukan nusantara dimaknai sebagai asal muasal peradaban Bangsa Indonesia. Panggung dibuka dengan iringan marching band yang energik dan membangkitkan energi penonton. Lantunan merdu dari vokalis, hingga harmonisasi musik memberikan suasana kehidupan di setiap alur cerita sejarah Sang Mahapatih.
Mahapatih Gajah Mada dikenal sebagai sosok yang perkasa dan setia pada Kerajaan Majapahit. Dia menginginkan agar pengaruh Majapahit mampu menyatukan nusantara yang saat itu terdiri dari berbagai kerajaan. Kisah hidup dan perjuangannya dituliskan dalam Kita Pararaton, Negarakertagama dan prasasti abad ke-13. Sampai saat ini, Patih Gajah Mada masih menjadi simbol kegigihan dan patriotisme dalam menjaga keutuhan NKRI.
Pertunjukkan semakin lengkap dengan penampilan UKJGS UGM dan teater kolaborasi yang memberikan nuansa tradisional dalam berbagai adegan. Salah satu babak paling dramatis adalah adegan akhir hayat Sang Mahapatih yang bertepatan dengan turunnya hujan. Kebetulan tersebut menambah nuansa emosional penonton yang menyaksikan berakhirnya perjuangan dan pengabdian Patih Gajah Mada setelah sukses menyatukan nusantara dengan Sumpah Palapa.
Penampilan kolaborasi Marching Band UGM dengan sejumlah komunitas teater di Yogyakarta membuktikan bahwa seni dan pertunjukkan tidak pernah lekang oleh waktu. Meskipun termasuk seni musik kontemporer, hal ini tidak menghalangi Marching Band UGM untuk membawakan kisah-kisah legenda nusantara. Sekaligus menjadi sarana untuk membangkitkan kembali kecintaan terhadap seni tradisional di kalangan anak muda.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson