Saat ini, artificial intelligence (AI) telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Karenanya pemahaman mendalam tentang teknologi ini menjadi kebutuhan mendasar bagi seluruh lapisan masyarakat. Mengingat pentingnya AI menjadi kebutuhan mendasar masyarakat, Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada Artificial Intelligence (KAGAMA AI) menyelenggarakan seminar dan peluncuran buku bertajuk “Memahami AI, Sebuah Panduan Etis” di Financial Hall, Sudirman Jakarta, Kamis (28/11).
Seminar dan peluncuran buku inipun dihadiri sejumlah pejabat penting diantaranya Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria, Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan Budiman Sudjatmiko, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu, Pengamat politik Rocky Gerung, Budayawan Suwijo Tejo, dan Direktur TVRI Imam Brotoseno, serta sejumlah pemimpin redaksi dari berbagai media nasional baik cetak, online dan televisi. Buku “Memahami AI, Sebuah Panduan Etis” setebal 197 halaman ditulis oleh Dr. Agus Sudibyo, Ketua Dewan Pengawas LPP TVRI. Buku ini hadir sebagai panduan komprehensif bagi publik dalam memahami dan memanfaatkan AI secara bijak dan etis.
Agus Sudibyo menyatakan euforia terhadap AI seharusnya dibarengi dengan sikap waspada terhadap dampak, anomali, kontradiksi serta residu yang ditimbulkannya. Melalui buku ini ia berharap menjadi kontribusi positif terhadap gerakan literasi AI di Indonesia dan memberikan masukan berharga untuk para pengambil kebijakan. Teknologi AI generative memang telah mengguncang dunia, seperti mukjizat yang turun dari langit, mahasiswa, dosen, penulis, peneliti, wartawan hingga konten kreator sangat dimudahkan dalam pekerjaannya. Ketika Chat GPT telah menjadi populer di masyarakat, sejumlah kalangan mulai mencemaskan dampak negatifnya.
Dalam sesi seminar bertema “Bagaimana AI Mengakselerasi Transformasi Digital untuk Indonesia Emas 2045″ hadir tiga pembicara, yaitu Nezar Patria Wakil Menteri Komunikasi dan Digital RI, Budiman Sudjatmiko Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan RI, dan Imam Brotoseno Direktur Utama TVRI. Nezar Patria selaku Wakil Menteri Komunikasi dan Digital RI mengatakan kemunculan Artificial Intelligent saat ini mirip kayak perlombaan menciptakan senjata nuklir pada waktu cold war. Karena hampir setiap negara di dunia mengembangkan kecerdasan buatan (AI). “Mirip dengan perlombaan pembuatan senjata nuklir saat perang dingin atau cold war. Cold war sendiri adalah periode ketegangan politik dan militer yang terjadi antara dunia barat dan dunia komunis setelah Perang Dunia II”, katanya.
Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan, Budiman Sudjatmiko menyampaikan materi tentang “Perspektif Sejarah, Geopolitik & Teknologi untuk Memperkuat Agenda Indonesia Emas 2045”. Dalam paparannya, ia memberikan matriks sumber kemiskinan baru dan kesejahteraan baru yang terdiri dari rekayasa fisik, informasi dan rekayasa biologi yang masing-masing memiliki dampak sosial, ekonomi dan budaya di Indonesia.
Sementara itu, Direktur Utama TVRI, Imam Brotoseno menyatakan teknologi AI sangat berguna bagi TVRI dalam membuat tayangan dokumenter tentang sejarah perjalanan TVRI untuk menggambarkan awal sejarah perjalanan TVRI era 60-an yang tidak ada dokumentasinya. “Saya ingin menampilkan Bung Karno yang waktu itu sedang sakit di Wina, memberikan perintah mengirim telegram ke Menteri Penerangan Maladi di Jakarta untuk membangun TVRI karena Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games, karena kita tidak memiliki dokumentasinya, maka kita membuat dokumenternya dengan AI,” ujarnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Kagama.id