Pengembangan dan penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus didorong oleh UGM. Sebagai salah satu upaya dalam misi tersebut, UGM melalui Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat (DPKM) menggelar Konferensi Nasional 1000 UMKM pada Selasa (10/12) di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas UGM.
Mengusung tema “Ekonomi Biru dan Inovasi UMKM: Kunci Ketahanan Pangan, Energi, dan Ekosistem Berkelanjutan”, konferensi berkolaborasi dengan Exporthub.id dan sejumlah pakar untuk memberikan pengarahan pada pelaku UMKM nasional. Konferensi ini merupakan rangkaian acara “International Conference of Community Engagement and Exhibition” yang menyajikan sejumlah program pengabdian masyarakat UGM, termasuk pendampingan UMKM, inkubasi UMKM mahasiswa, pameran KKN-PPM UGM, hingga workshop dan konferensi.
Direktur Pengabdian Kepada Masyarakat, Dr. dr. Rustamaji, M.Kes. menuturkan, ekonomi biru membuka peluang yang besar bagi UMKM. “Kita memiliki tekad untuk menyongsong perkembangan UMKM, khususnya di ekonomi biru. Namun tentunya tidak melupakan ekonomi hijau dan merah,” ucapnya. Program ini secara khusus ditujukan untuk meningkatkan minat UMKM di bidang usaha pemanfaatan sumber daya laut, baik pangan maupun energi. Tak hanya itu, UMKM juga mendapatkan pendampingan agar segera memasuki pasar e-commerce dan ekspor.
Selama 75 tahun UGM berdiri, program-program pengabdian masyarakat untuk UMKM sudah banyak dilakukan. Disampaikan oleh Prof. Dr. Eng. Deendarlianto, S.T., M.Eng., riset yang dilakukan pakar UGM dari pulau Aceh hingga Papua menunjukkan bahwa peluang bisnis UMKM di ekonomi biru sangat besar. Sayangnya, belum banyak pelaku usaha dalam negeri yang berkecimpung di sumber daya energi dan pangan laut. “Kita melihat bahwa struktur ekonomi Indonesia, 80% pekerja industri masih dikuasai UMKM. Sehingga sangat penting untuk mendorong industri UMKM agar naik kelas,” terang Deendarlianto.
Salah satu proyek pengabdian masyarakat dilakukan di Papua adalah peningkatan kualitas rantai dingin hasil perikanan tangkap. Dalam proyek tersebut, pakar UGM mengembangkan teknologi pendingin hasil ikan tangkap berbasis panel surya dan digunakan untuk menjaga kualitas ikan para nelayan pesisir Papua. Hasilnya, kualitas ikan tangkap berhasil terjaga dan permintaan meningkat. “Walaupun kita negara maritim yang sangat luas, kemiskinan masih sangat luas. Ini artinya ekonomi biru belum banyak dikembangkan,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa bisnis penting dalam pengembangan ekonomi biru bagi UMKM itu adalah energi. Sayangnya, ketersediaan dan penggunaan energi Indonesia masih kalah dibanding Malaysia dan Singapura. Padahal dari segi geografis, Indonesia termasuk negara dengan potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang tinggi. Maka disinilah peran UMKM untuk menumbuhkan bisnis di sektor energi.
Sejalan dengan itu, Amalia Prabowo selaku Presiden Direktur Exporthub.id juga mendukung penguatan UMKM di sektor ekonomi biru melalui brand storytelling. “Saat ini, banyak brand yang mulai mengusung tema dan narasi ekonomi biru, Jumlahnya naik 10% di tahun ini,” kata Amalia.
Tren ini didukung dengan semakin besarnya pasar UMKM digital di e-commerce. Amalia menegaskan bahwa UMKM harus berani memasuki pasar e-commerce jika ingin naik kelas. Guna mendukung hal tersebut, Exporthub.id menyediakan pendampingan khusus untuk UMKM agar bisa memasuki e-commerce dengan bantuan mahasiswa UGM binaan Exporthub.id. “Kendala utamanya pengusaha UMKM biasa karena kurangnya waktu. Maka kami kolaborasikan dengan mahasiswa binaan kami. Sebelum itu kami perlu tahu apakah produk UMKM bisa dimakan oleh pasar e-commerce,” terang Amalia.
Konferensi 1000 UMKM ini sekaligus menjadi rangkaian Dies Natalis UGM ke-75 dan Lustrum ke-15. Dalam perjalanan UGM sebagai perguruan tinggi yang mengedepankan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, diharapkan mampu berkontribusi memajukan ekonomi nasional melalui penguatan dan pengembangan UMKM.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Donnie