Sebanyak 24 mahasiswa UGM menerima beasiswa dari Yayasan Industri Morawali Industry Park (IMIP) Peduli. Mahasiswa penerima beasiswa berasal dari Fakultas Teknik dan Sekolah Vokasi. Besaran beasiswa ikatan dinas yang diberikan adalah untuk menutup biaya UKT masing-masing mahasiswa penerima sehingga total beasiswa yang diberikan Yayasan IMIP sebesar Rp 321.500.000.
Pemberian beasiswa diberikan HR Director PT IMIP, Achmanto Mendatu didampingi Presiden Direktur GCNS, Liu Jin Shan disaksikan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sujito., S.Sos., M.Si dan Direktur Kemahasiswaan, Dr. Sindung Tjahyadi.
Arie Sujito menyampaikan apresiasi kepada Yayasan IMIP yang telah memberikan beasiswa untuk mahasiswa-mahasiswa UGM. Ia sangat berharap dengan pemberian beasiswa ini akan mendukung kelancaran studi mahasiswa UGM. Pemberian beasiswa ini, disebutnya, sebagai bentuk kepercayaan dan komitmen UGM bersama IMIP dalam mendukung pengembangan pendidikan bagi mahasiswa yang kelak akan menjadi bagian dari proses pengembangan industri di Indonesia. “Kemitraan Universitas Gadjah Mada bersama pemerintah, pemerintah daerah maupun swasta, terutama di dalam mendorong transformasi teknologi menurut saya adalah adalah sesuatu yang sangat penting. Sinergi semacam ini tentunya akan mempererat dan memajukan agenda-agenda dalam pencapaian tujuan-tujuan strategis”, katanya di Ruang Multimedia 2 UGM, Senin (9/12).
Bagi Arie, dukungan beasiswa ini para mahasiswa UGM semakin mengasah kemampuan. Kemampuan yang tidak hanya di kelas, namun memiliki kemampuan menguasai teknologi. Menurtnya, kerja sama dengan dunia industri diyakini ruang pembelajaran akan semakin terbuka. Para mahasiswa pun didorong untuk memiliki pilihan-pilihan dalam memajukan diri guna mendapatkan berbagai kompetensi yang dibutuhkan. “Harapannya nantinya nyambung dengan kegunaan dan kebutuhan dunia industri. Pesatnya dunia industri di Indonesia akan menjadi tantangan buat kita. Tidak hanya menyangkut soal perangkat teknis, tapi juga sosial. Karenanya upaya-upaya pengembangan dunia industri di Indonesia juga punya visi bagi pengembangan ekologi”, imbuhnya.
Achmanto Mendatu menambahkan ada dua alasan kenapa dunia industri ikut peduli untuk pendidikan di Indonesia. Pertama, dorongan dari pemerintah. Pemerintah bercita-cita mengentaskan misi bangsa yaitu Indonesia Emas 2045. “Pada saat itu Indonesia paling tidak bercita-cita ingin menjadi negara berpenghasilan tinggi”, katanya.
Alasan kedua, ada sektor-sektor pembangunan yang harus ditingkatkan. Salah satunya adalah sektor hilirisasi yang diyakini akan mampu meningkatkan pendapatan. Achmanto berharap beasiswa yang diberikan diwaktu-waktu kedepan jauh lebih banyak lagi. Pemberian beasiswa dinas ini, diakuinya sebagai pengikat agar para mahasiswa tertarik nantinya bekerja di sektor industri hilirisasi. “Pesan saya semangat dan kerja itu susah. Jangan bayangin kerja seperti yang di TikTok, ya”, katanya.
Sebagai lulusan teknik, kata dia, maka lulusan yang mau bekerja harus mau berpeluh-peluh. Bisa kena oli, debu, lumpur, dan kena apa lagi. “Di awal-awal harus begitu, tidak ada perjalanan pekerjaan itu langsung enak. Kita berharap anda akan bertahan di industri kami nantinya, meskipun tidak menutup kemungkinan bisa berpindah setelah syarat beasiswa ini terpenuhi”, imbuhnya.
Liu Jin Shan membahkan pendidikan adalah fondasi kemajuan masyarakat sekaligus kunci mencetak generasi unggul di masa depan. Ia menyampaikan sejak awal berdiri PT Guang Ching Nickel and Stainless Steel (GCNS) mendukung Yayasan IMIP Peduli dan berkomitmen memberikan kontribusi untuk kemajuan sosial dengan pendidikan sebagai salah satu fokus utama.“Melalui kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada ini, kami berharap dapat memberikan peluang belajar yang lebih luas bagi para mahasiswa berprestasi agar mereka mampu mengembangkan potensi sepenuhnya dan menciptakan lebih banyak nilai untuk masyarakat”, terangnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Firsto