Fakultas Peternakan UGM terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung kesejahteraan masyarakat melalui program Diseminasi Teknologi Pakan Rendah Protein. Program ini menyasar Komunitas Jamblang Genthong di Desa Karangtengah, Bantul, sebagai upaya mengatasi tantangan ekonomi dan lingkungan yang dihadapi peternak lokal.
Program yang dipimpin oleh Ir. Muhlisin, S.Pt., M.Agri., Ph.D., IPP., ini dirancang untuk memperkenalkan teknologi Low Protein Diet (LPD) bagi ayam petelur. Teknologi ini menjadi solusi inovatif yang dapat menekan biaya pakan sekaligus mengurangi carbon footprint dari aktivitas peternakan. Muhlisin menyatakan bahwa penerapan teknologi ini akan memberikan dampak positif tidak hanya bagi lingkungan tetapi juga bagi kesejahteraan peternak. Pakan rendah protein ini dibuat dengan bahan baku lokal seperti jagung dan bekatul. “Selain lebih ekonomis, pakan ini mampu mengurangi emisi amonia dari kotoran ayam, yang selama ini menjadi penyumbang polusi nitrogen. Teknologi ini adalah langkah nyata untuk mewujudkan peternakan yang berkelanjutan,” jelasnya, Rabu (11/12).
Sebanyak sepuluh pemuda dari Komunitas Jamblang Genthong dipilih sebagai mitra peternak selama program diseminasi teknologi pakan rendah protein dilangsungkan. Para peserta dilatih dalam manajemen pemeliharaan ayam petelur dengan sistem free range di lahan seluas 300 m² milik komunitas.
Diseminasi teknologi pakan renda protein ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ayam tetapi juga mendukung produktivitas telur dalam jangka panjang, dan para pemuda komunitas juga mendapatkan pendampingan khusus untuk memproduksi pakan rendah protein secara mandiri. “Dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah, seperti jagung dan bekatul, program ini tentunya membantu menekan biaya produksi yang selama ini menjadi tantangan utama peternak kecil”, terang Muhlisin.
Tidak berhenti di produksi, kata Muhlisin, program ini juga menekankan pentingnya pengemasan dan pemasaran hasil panen. Para peserta dilatih cara mengemas telur dengan desain menarik yang menekankan nilai ramah lingkungan. Strategi pemasaran juga menjadi bagian dari pelatihan, sehingga produk telur hasil budi daya dapat menjangkau pasar yang lebih luas, khususnya konsumen yang peduli pada keberlanjutan lingkungan.
Program inipun mendapat dukungan penuh dari Fakultas Peternakan UGM dan kolaborasi dengan Komunitas Jamblang Genthong serta dukungan dana dari Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat (DPKM) Universitas Gadjah Mada. Monitoring dan evaluasi berkala dilakukan untuk memastikan pemahaman peserta serta keberhasilan implementasi teknologi di lapangan. Telur yang dihasilkan dari program ini memiliki kualitas baik dan siap bersaing di pasaran.
Dengan berjalannya program ini, Fakultas Peternakan UGM berharap dapat menciptakan peluang ekonomi baru bagi pemuda Desa Karangtengah, sekaligus menjadi solusi konkret dalam mengatasi dampak lingkungan dari peternakan ayam petelur.
Sarjianto, Ketua Komunitas Jamblang Genthong, menyatakan program pemberdayaan yang dijalankan membuat anggota komunitas menjadi paham cara mengelola peternakan ayam petelur free range. Iapun mengakui ada peningkatan ekonomi pemuda melalui peternakan yang dikembangkan. Program ini, dia harapkan sebagai langkah awal menuju kemandirian ekonomi dan peternakan yang berkelanjutan. “Kami berharap program ini menjadi model yang dapat direplikasi di daerah lain di Indonesia,” ucapnya.
Reportase : Satria/Humas Peternakan
Penulis : Agung Nugroho