Permasalahan sampah terus terjadi di berbagai kota Indonesia dan menjadi hal yang harus ditangani secara serius, terutama di kota Yogyakarta yang saat ini tengah mengalami darurat sampah. Universitas Gadjah Mada sebagai kampus yang aktif dalam pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, saat ini saat ini tengah gencar mengadakan kampanye Zero Waste dengan cara pengelolaan sampah secara mandiri di lingkungan kampus.
Pengelolaan sampah di UGM mencakup upaya menjaga kelestarian lingkungan dengan mengedarkan anjuran untuk membuang sampah sesuai dengan jenisnya, mengurangi penggunaan wadah makan dari styrofoam, membawa tumbler air sendiri, serta mengajak sivitas akademika gemar menjaga kesehatan dengan berolahraga secara rutin.
Nurudin Basyori, S.P., dari bagian pemeliharaan sarana dan Prasarana, Direktorat Aset Universitas Gadjah Mada mengatakan setiap harinya hanya mengangkut sebanyak 3 truk sampah setiap hari atau sekitar 6-7 kubik sampah. “Setiap harinya kita mengangkut sebanyak 6-7 kubik sampah,” katanya di kompleks Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM di Berbah, Kalitirto, Sleman, Rabu (22/1).
Sesuai anjuran dari peraturan Rektor, katanya, sampah yang diangkut adalah sampah yang sudah dipilah yang ada di tempat sampah yang ada di sudut -sudut lingkungan kampus. “Yang belum dipilah tidak akan kita angkut,” katanya.
Namun anjuran ini tidak semua berjalan semestinya, karena ada di beberapa lokasi tertentu seperti di Jalan Sekip misalnya sampah masih dicampur sehingga petugas harus memilah sampah tersebut. “Jadi, masih ada beberapa yang sudah, tapi belum semua yang mematuhi peraturan,” tuturnya..
Meski bagian petugas dari Aset hanya sebatas pengangkutan, namun Basyori tetap meminta petugas ke petugas kebersihan untuk memilah sesuai dengan jenisnya. Edukasi soal memilah sampah sampah berdasarkan jenisnya ini menurutnya perlu dilakukan secara terus menerus.
Selain bertanggung jawab menjaga kebersihan lingkungan kampus, pihaknya juga ikut melakukan pengolahan sampah. “Alurnya dari fakultas yang sudah melakukan pemilahan sesuai dengan jenisnya kami ambil bawa ke PIAT,” ujarnya.
Di kompleks PIAT yang berada di Berbah, Kalitirto, Sleman, sampah yang berdasarkan jenisnya ini akan diolah. Untuk sampah organik seperti dedaunan akan diolah menjadi pupuk kompos. “Hasilnya pupuknya digunakan taman-taman di sekitar kampus,” katanya.
Adanya campaign Zero Waste di Universitas Gadjah Mada ini terus digencarkan agar bisa meminimalisir volume sampah yang dihasilkan setiap harinya serta memudahkan bagi petugas kebersihan untuk mengangkut sampah dan mengolah sampah tersebut untuk menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Pipit Noviyanti yang mengkoordinir kegiatan unit pengolahan sampah di PIAT UGM mengatakan rumah inovasi daur ulang yang ada di komplek PIAT menerima tiga kategori sampah yang berasal dari kampus UGM. Yang pertama adalah sampah sapuan daun, sampah ranting, dan yang ketiga adalah sampah residu yang sudah tercampur.
Untuk sampah daun dan juga sampah ranting, dikomposkan di PIAT UGM dengan metode windrow composting dan juga menggunakan bak pengomposan. Sedangkan untuk sampah residu, digunakan pemilahan secara manual terlebih dahulu dan kemudian akan dilakukan cacah pilah pada sampah tersebut. “Untuk pengolahan sampah organik outputnya merupakan kompos yang dimanfaatkan untuk lingkungan internal PIAT sendiri dan juga dimanfaatkan untuk wilayah kampus untuk pemupukan tanaman,’ paparnya.
Sedangkan untuk sampah campur dari hasil cacah pilah outputnya ada 3 macam, yaitu yang pertama adalah bubur organik untuk pengomposan, sedangkan dua produk lainnya yaitu low value plastic atau plastik yang dia sudah tidak memiliki nilai yang saat ini diolah oleh mitra pihak ketiga menjadi bahan bangunan, dan yang terakhir adalah sampah residu yang tidak dapat diolah lebih lanjut masuk ke tahap pemrosesan akhir.
Untuk mendukung proses pemilihan dan pengolahan sampah ini, kata Pipit, memerlukan dukungan semua pihak untuk bertanggung jawab terkait dengan penanganan sampah di semua aktivitas masing-masing. Termasuk mahasiswa, pegawai hingga tenaga pendidik. “Harapan kita UGM bisa bersih dari sampah walaupun ada, tapi sampahnya sudah terpilah sesuai dengan jenisnya,”ujarnya.
Penulis : Kezia Dwina Nathania
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto