Sebanyak 841 mahasiswa Program Pascasarjana UGM Periode Tahun Akademik 2024/2025 resmi diwisuda pada Kamis (23/1), di Grha Sabha Pramana. Tujuh dari total 691 lulusan magister berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna atau 4,00, salah satunya adalah Muhammad Qowiyul Amin.
Qowi, demikian ia akrab dipanggil, merupakan wisudawan Prodi Magister Manajemen Farmasi, Fakultas Farmasi UGM. Tidak hanya menjadi mahasiswa peraih IPK sempurna, Qowi juga berhasil menempuh program magister hanya dalam waktu 1 tahun 2 bulan atau lebih cepat daripada rata-rata mahasiswa magister lainnya yang butuh waktu 2 tahun 2 bulan untuk menyelesaikan masa studi. Menurutnya, tidak ada rahasia atau tips khusus untuk menyelesaikan masa studi dengan cepat dan sempurna. “Aku sendiri tidak punya cara tertentu untuk mengatur waktu, tetapi ketika ada tugas yang diberikan dari dosen, sebisa mungkin segera dikerjakan dan memberikan yang terbaik sebisa mungkin,” ucap Qowi.
Menurutnya, hal yang perlu disiapkan justru ada di awal perkuliahan, yaitu harus mulai menetapkan target-target capaian yang ingin dilakukan agar bisa melakukan estimasi waktu kelulusan.
Laki-laki asal Semarang, Jawa Tengah ini juga dulunya merupakan mahasiswa S-1 UGM di jurusan Farmasi. Impiannya untuk berkuliah di UGM telah jauh dimulai sejak ia kecil. Ketertarikannya pada prodi yang ia tekuni tersebut muncul sebab Qowi ingin lebih lanjut mempelajari farmasi sosial dan manajemen, yang mana UGM menjadi pionir di bidang tersebut.
Kuliah di UGM sendiri memberikan banyak pelajaran bagi Qowi, misalnya mampu mengenalkannya pada banyak mahasiswa dari berbagai penjuru indonesia dan memperluas jejaring. “Saya juga bisa kenal dengan dosen-dosen pengampu yang sangat mumpuni di bidangnya dan tentunya sumber daya serta fasilitas yang amat memadai,” tambahnya.
Selama kuliah Qowi dapat memaksimalkan fasilitas yang disediakan dengan berhasil mempublikasikan artikel jurnal di Scopus dan sampai ikut konferensi di Thailand. Qowi menuturkan bahwa ia diajak salah satu dosen untuk mengikuti konferensi tersebut. Pengalaman tersebut menjadi pengalaman yang menyenangkan baginya sebab dapat menambah wawasan terkait penelitian di kancah global serta dapat teman-teman yang selalu produktif.
Kisah Qowi ini juga bukannya tanpa lika-liku. Menurutnya, masa awal perkuliahan dilalui dengan berat ketika harus catch-up dengan tugas-tugas yang diberikan sekaligus harus mempunyai satu publikasi yang accepted. “Disisi lain aku juga harus nyiapin topik penelitian yang linear antara tesis dengan disertasi,” imbuhnya.
Semua itu berhasil dilewati Qowi dengan baik. Kini ia sedang melanjutkan fokusnya pada studi doktoral yang telah ia tempuh selama dua semester sebagai bagian dari program fast track. Ia berharap agar dapat lulus tepat waktu, punya publikasi, dan tahapan risetnya dilancarkan. Untuk itu, Qowi berbagi pesan kepada teman-teman mahasiswa yang ingin mendapatkan IPK sempurna untuk mempersiapkannya dari awal perkuliahan. “Pas awal-awal dosen menjelaskan mata kuliah harus tahu komponen penilaiannya sehingga dapat memperkirakan caranya dapat nilai A harus bagaimana, kemudian aktif di kelas dan banyak-banyak berdiskusi,” pungkasnya.
Penulis : Lazuardi
Editor : Gusti Grehenson