Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Ir. Masyhuri, memasuki masa purna tugas tepat di usianya yang ke-70 tahun. Terhitung kurang lebih 45 tahun, ia sudah mengabdikan dirinya sebagai pengajar di bidang sosial ekonomi pertanian. Sepanjang kariernya, Prof. Masyhuri aktif dalam berbagai penelitian strategis, terutama terkait ketahanan pangan. Ia pernah dianugerahi Adhikarya Pangan Nusantara dari Presiden atas kontribusinya dalam riset ketahanan pangan nasional. Namun, dibalik pencapaiannya itu, ada satu hal yang masih mengganjal di hatinya. “Saya masih bersedih hati karena belum punya konsep yang benar-benar bisa mensejahterakan petani,” tuturnya lirih di Sarasehan Purna Tugas dirinya yang digelar dengan penuh kehangatan dan kesederhanaan, Sabtu (1/2), di Auditorium Harjono Danoesastro, Fakultas Pertanian UGM.
Ia menegaskan bahwa kesejahteraan petani harus menjadi prioritas utama dalam kebijakan pertanian, termasuk melalui kepemilikan lahan yang layak. Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya inovasi teknologi dalam pertanian, termasuk pemanfaatan air laut untuk budidaya tanaman tanpa menurunkan produktivitas lahan. “Indonesia harus mengembangkan teknologi irigasi air laut agar tanah kering dan gersang tetap bisa ditanami, bukan hanya bergantung pada air tawar,” tambahnya.
Masyhuri dikenal dengan sosok akademisi cerdas dan berdedikasi yang telah mengabdikan dirinya selama lebih dari 45 tahun di bidang ekonomi pertanian. Dalam cerita kilas baliknya, Masyhuri mengenang perjalanan hidup yang penuh tantangan. Ia bercerita bagaimana semasa di bangku sekolah dasar ia sempat mengalami perundungan, kemudian harus mengalah dengan adiknya dalam memilih sekolah menengah. Namun, setiap tantangan justru membentuknya menjadi pribadi yang semakin kuat. Ia juga mengungkapkan kisah unik di balik keputusannya masuk Fakultas Pertanian UGM. “Saya sebenarnya diterima di Teknik Geodesi dan Teknik Sipil UGM, tetapi ayah saya tidak mampu membeli meja gambar. Akhirnya, saya diarahkan untuk memilih pertanian, yang kala itu menjadi pilihan ketiga saya. Ternyata, ini jalan hidup yang sudah digariskan untuk saya,” kisahnya.
Sebagai bentuk penghormatan atas perjalanan panjangnya di dunia akademik, kegiatan sarasehan ini menjadi momen berkesan yang juga dihadiri oleh kolega, mahasiswa, dan alumni-alumni hasil didikannya dari berbagai kampus, seperti Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Institut Pertanian (INSTIPER), hingga perguruan tinggi di luar Pulau Jawa.
Dekan Fakultas Pertanian UGM, Ir. Jaka Widada, M.P., Ph.D., menyampaikan apresiasi mendalam atas dedikasi Prof. Masyhuri dalam dunia pendidikan. Menurutnya, Masyhuri bukan hanya seorang pengajar, tetapi juga pembentuk masa depan banyak generasi ahli ekonomi pertanian di Indonesia. “Beliau telah banyak meluluskan alumni yang kini berkiprah di berbagai daerah. Sosoknya adalah teladan bagi kami semua, konsisten dalam dedikasi dan pengabdian,” ungkapnya.
Bagi para mahasiswa dan koleganya, Prof. Masyhuri dikenal sebagai sosok yang tak hanya kaya akan ilmu, tetapi juga memiliki semangat luar biasa dalam berbagi pengetahuan. Gaya mengajarnya begitu khas, datang ke kelas dengan buku teks yang tebal, menyampaikan materi dengan penuh antusias, dan selalu menyelipkan pertanyaan kritis yang memacu pola pikir mahasiswa. “Awalnya, beliau terlihat galak dan pendiam, tapi saat bimbingan ternyata sangat ramah dan humoris. Beliau kritis dalam forum, punya komitmen tinggi dalam membangun lembaga, dan selalu mampu menyisipkan pelajaran penting dalam setiap contoh kasus yang diberikan,” kenang salah satu mantan mahasiswanya yang hadir memberikan testimoni.
Kolega sekaligus perwakilan Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Prof. Dwidjono Hadi Susanto, S.U., menambahkan bahwa Prof. Masyhuri adalah sosok akademisi yang memiliki ketekunan luar biasa. Perjalanannya dari jenjang sarjana hingga doktor adalah bukti kerja keras dan kegigihannya. “Beliau menempuh pendidikan di University of the Philippines at Los Baños tanpa melalui program magister alias langsung S3, sesuatu yang sangat langka. Beliau juga menerima beasiswa dari Bank Dunia dan sampai saat ini berhasil meraih delapan penghargaan akademik bergengsi, termasuk dari Amerika Serikat,” ujarnya.
Dengan segudang prestasi itu, tak heran jika Prof. Masyhuri begitu fokus pada akademiknya hingga menunda urusan pribadinya. “Saking tekunnya, beliau sampai lupa menikah. Baru setelah hampir menyelesaikan S-3, beliau diminta pulang untuk dijodohkan,” selorohnya disambut tawa hadirin.
Di penghujung acara, para hadirin memberikan doa dan harapan agar sang profesor dapat menikmati masa pensiunnya dengan penuh kebahagiaan, kesehatan, dan ketenangan. “Jejak kebaikan dan kontribusi beliau akan selalu hidup dalam hati kami,” ujar salah satu alumni.
Hari itu, Prof. Masyhuri resmi memasuki masa purna tugas, tetapi warisannya dalam dunia akademik dan pertanian Indonesia akan tetap hidup. Dedikasi, ilmu, dan semangatnya akan terus mengalir, menjadi inspirasi bagi generasi yang akan datang.
Penulis : Bolivia
Editor : Gusti Grehenson