![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2025/02/necrobot-9-526x351-1.jpg)
Umumnya robot dibuat dari berbagai dari berbagai bahan seperti baja, aluminium karet, plastik atau kardus. Selanjutnya dipadu dengan berbagai komponen mikrokontroler dan sensor. Berbeda dengan yang satu ini, tim fakultas Biologi UGM dan universitas Edinburgh membuat robot dengan rangka asli seekor biawak. Kolaborasi ini menghasilkan necrorobot biawak yang dapat bergerak sederhana sebagai bahan pembelajaran di bidang sistematika hewan. Teknologi ini memadukan antara ilmu sains dan engineering, melalui kerja sama antar kedua universitas.
Penelitian ini digagas oleh Dosen Fakultas Biologi Dr. Eko Agus Suyono dengan Dosen Edinburgh University, Dr. Parvez Alam pada September tahun lalu. Ide tersebut bermula saat Parves Alam mengajak dua mahasiswanya yang tengah menempuh pendidikan master degree School of Engineering di University of Edinburgh yakni Leo Foulds dan Nadia Ditta untuk datang dan bekerja di Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi UGM guna mempelajari kerangka reptil terutama biawak dan ular. “Saat itu dosen Biologi, Donan Satria Yudha, memberikan informasi terkait cara bergerak reptil, taksonomi, dan anatomi reptil yang ada di Indonesia,” kata Eko dalam keterangan kepada wartawan, Jumat (7/2).
Selama 2 minggu pertama, kata Eko, kedua tim berbagi tugas dari mempelajari pergerakan biawak dengan merekam biawak dewasa hidup saat berjalan yang dilakukan oleh Dr. Pervez Alam. Selanjutnya, kedua tim mempelajari mekanika tulang biawak dan melakukan CT Scan rangka biawak untuk membuat cetakan rangkanya. “Selanjutnya rangka ini akan dipasang mesin robot saat kembali ke Edinburgh,” katanya
Pada pertengahan Januari 2025, Parvez menghubungi Eko Agus Suyono beserta Donan untuk menunjukkan video yang berisi rekaman cetakan rangka biawak yang dapat berjalan setelah dipasang mesin necrorobot. Pada akhir Januari 2025, Parvez kembali lagi ke Fakultas Biologi UGM untuk merangkai mesin robot tersebut di kerangka biawak asli. “Selama merangkai mesin robot pada rangka biawak asli, dibantu oleh Donan Satria Yudha, ia juga dibantu oleh Frans dari staf Museum Biologi serta beberapa mahasiswa,”katanya.
Saat merangkai mesin robot ke rangka biawak tersebut melibatkan Donan Satria Yudha, M.Sc. yang merupakan dosen Laboratorium Sistematika Hewan Beliau bersama FX Sugiyo Pranoto, S.Si. atau dari Museum Biologi UGM, dan beberapa mahasiswa seperti Rashif Naufal Andika, S.Si., Ananto Puradi Nainggolan, S.Si., Maula Haqul Dafa, S.Pd., Arkanniti Dibyawedha Adisajjana dan Afif Fatah Rizki.
Merangkai robot pada kerangka biawak asli menurut Eko tidaklah mudah. Parvez berhasil menyelesaikan dalam tiga hari hingga akhirnya berhasil menyusun necrorobot biawak yang dapat bergerak sederhana. Hasil ini sangat melegakan, mengingat perbedaan bahan, komposisi serta struktur antara cetakan dengan tulang aslinya. Necrorobot biawak tersebut selanjutnya dihibahkan oleh Parvez ke Laboratorium Sistematika Hewan, Fakultas Biologi UGM, agar dapat menjadi pembelajaran baru bagi dosen dan para mahasiswa umumnya. “Bagi Fakultas Biologi kegiatan mempelajari dan merangkai necrorobot dari rangka biawak ini merupakan pengetahuan yang baru,” pungkasnya.
Penulis : Jelita Agustine
Editor : Gusti Grehenson