![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2025/02/1.-Sampel-nyamuk-ber-Wolbachia-dalam-project-yang-dilaksanakan-oleh-PKT-UGM-765x510.jpg)
Penyakit tropis menular yang sebelumnya terkendali kini kembali menjangkit dengan kecenderungan mengalami peningkatan. Bahkan dampak perubahan iklim mempercepat penyebaran penyakit berbasis vektor. Sebagai negara tropis dengan populasi besar, Indonesia berada di garis depan dalam menghadapi berbagai penyakit yang erat kaitannya dengan faktor lingkungan dan sosial ini.
Meskipun memiliki dampak luas, penyakit tropis sering kali kurang mendapatkan perhatian yang semestinya. Kurangnya investasi dalam penelitian, keterbatasan akses terhadap vaksin dan obat-obatan, serta stigma sosial terhadap pasien menjadi beberapa faktor yang menyebabkan isu ini belum menjadi prioritas utama di tingkat global. “Karena itu, diperlukan upaya bersama untuk meningkatkan kesadaran dan mencari solusi yang lebih efektif,” kata Direktur Pusat Kedokteran Tropis (PKT) Universitas Gadjah Mada, dr. Citra Indriani, MPH, dalam keterangannya kepada wartawan, Rabu (12/2).
Citra menyebutkan beberapa penyakit tropis seperti tuberkulosis (TBC), HIV, leptospirosis, dan berbagai penyakit tropis yang terabaikan juga masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia dan negara-negara tropis lainnya untuk ikut menanggulangi penyebarannya. Belum lagi diperparah dengan kondisi meningkatnya resistensi antibiotik, terbatasnya akses terhadap pengobatan dan vaksinasi, serta dampak perubahan iklim terhadap penyebaran penyakit seperti malaria dan demam berdarah dengue (DBD). “Beberapa faktor ini yang membuat penanganan penyakit tropis ini menjadi isu yang krusial,” jelasnya.
Untuk meningkatkan perhatian pemerintah, lembaga internasional hingga akademisi dan praktisi untuk memberikan perhatian serius pada penanggulangan penyakit tropis ini, PKT UGM berencana akan mengadakan konferensi Gadjah Mada International Conference on Tropical Medicine (GAMA-ICTM) 2025. Konferensi yang akan diselenggarakan pada 13-15 Februari 2025 di ini akan mempertemukan para peneliti, tenaga kesehatan, dan pemangku kepentingan guna membahas solusi inovatif dan membangun ketahanan sistem kesehatan terhadap penyakit tropis. Mengusung tema “Strengthening Health System Resilience for Tropical Disease Control in A Rapidly Changing World”, konferensi ini menjadi wadah penting dalam berbagi pengalaman dan wawasan guna meningkatkan respon terhadap penyakit tropis yang terus berkembang.
Konferensi yang akan dilaksanakan di Auditorium Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM ini akan menghadirkan beragam tema penting yang dibahas oleh para ahli di bidangnya. Sesi simposium mencakup terobosan terbaru dalam pengendalian malaria, strategi vaksinasi untuk memperkuat ketahanan sistem kesehatan, serta pendekatan One Health dalam menghadapi resistensi antibiotik.
Selain itu, konferensi ini juga membahas kesenjangan akses terhadap inovasi medis di negara berkembang dan solusi teknologi digital untuk memperluas jangkauan layanan kesehatan. “Terakhir, peran sains dan keterlibatan multi pihak dalam pengendalian demam berdarah menjadi fokus utama dalam sesi yang mengupas vaksin dengue dan implementasi teknologi Wolbachia di Indonesia,” ujarnya.
Selain sesi simposium, pada konferensi ini terdapat sesi presentasi riset dan pengalaman lapangan. Panitia telah menerima lebih dari 80 abstrak penelitian dan praktik baik yang akan dipresentasikan baik secara lisan maupun melalui poster. Tak hanya dari Indonesia, abstrak juga dikirim oleh para peneliti dari mancanegara. Panitia juga mengadakan sesi workshop pra-konferensi. Terdapat tiga tema menarik yang dapat diikuti pada workshop sehari ini, yaitu: Wolbachia untuk pengendalian Dengue yang berkelanjutan dan Pemodelan transmisi penyakit infeksi menular untuk mitigasi ancaman penyakit berpotensi wabah.
Bagi Citra, penyelenggaraan kegiatan konferensi internasional ini juga menjadi momentum bagi PKT UGM untuk membagikan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan. Salah satu yang cukup menonjol adalah eksibisi yang disebut sebagai Wolbachia Experience. Peserta konferensi dapat mengunjunginya untuk mengetahui hasil penelitian panjang teknologi Wolbachia yang kini diimplementasikan oleh Kementerian Kesehatan RI di 5 kota untuk menanggulangi DBD.
Penulis : Jelita Agustine
Editor : Gusti Grehenson