
Rektor Universitas Gadjah Mada mewisuda 1.408 lulusan Program Sarjana dan Sarjana Terapan dalam upacara Wisuda Periode II Tahun Akademik 2024/2025. Wisudawan tersebut terdiri atas 1.256 lulusan Program Sarjana dan 152 lulusan Program Sarjana Terapan, termasuk 28 wisudawan dari Program Alih Jenjang Diploma Tiga ke Sarjana Terapan. Pada wisuda kali ini, terdapat 40 wisudawan penerima beasiswa Bidik Misi atau Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP-K) serta 34 lulusan program Sarjana yang berasal dari daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar). Untuk program Sarjana, rerata masa studi adalah 4 tahun 3 bulan, dengan 1 lulusan memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 4,00 yang berasal dari Program Studi Matematika. 55,81% Wisudawan berpredikat pujian, dan usia rata-rata lulusan program Sarjana adalah 23 tahun 6 bulan. Sedangkan untuk Program Sarjana Terapan, rerata masa studi adalah 4 tahun 4 bulan, dengan 98,03% lulusan berpredikat Sangat Memuaskan. Pada program ini, IPK tertinggi diraih oleh lulusan Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan dengan nilai 3,91.
Pada wisuda kali ini, tampak hadir Komisaris Independen NET TV, Rommy Fibri Hardiyanto, yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal I Bidang Organisasi Pengurus Pusat Keluarga Alumni Gadjah Mada (PP Kagama). Dalam sambutan yang ia sampaikan, Rommy mengungkapkan kondisi Indonesia saat ini hampir mirip dengan keadaan saat ia diwisuda tahun 1999 silam, di mana kondisi perekonomian negara sulit, harga dollar melonjak, dan ribuan karyawan terpaksa dirumahkan karena perusahaan terdampak resesi ekonomi negara. Di saat merasa sulit mendapatkan pekerjaan, ia kemudian teringat akan kutipaan Franklin D Roosevelt yang mengatakan bahwa pelaut yang tangguh tidak lahir di laut yang tenang, dan hal yang ini yang terus ia yakini untuk tidak pernah takut menghadapi keadaan. “Wisuda ini menjadi pintu gerbang untuk kalian semua menuju titik yang dicita-citakan, tanamkan di pikiran dan hati bahwa kalian akan mewarisi masa depan bangsa ini,” ucapnya.
Rommy pun mengingatkan keberadaan Kagama yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia merupakan investasi jejaring yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan belajar, magang, serta mencari kesempatan untuk bekerja dan berkarir secara profesional. Rommy berujar salah satu kelebihan yang dimiliki oleh lulusan UGM adalah kemampuan literasi yang tidak hanya berkaitan dengan literasi buku tetapi juga literasi dalam hal membaca keadaan. “Semoga dengan pertemuan hari ini, kita bisa kembali bertemu dengan Kagama di wilayah manapun, dan UGM akan melekat selamanya di diri kalian, jadi jaga nama baik itu dan selalu bersyukur atas apa yang sudah kalian peroleh,” tutur Rommy.
Rektor UGM, Ova Emilia mengungkapkan di tengah kebijakan efisiensi anggaran yang dilakukan oleh pemerintah, pendidikan tinggi tetap dibebankan untuk mencetak lulusan yang unggul dan berdaya saing. Hal ini disebabkan dengan sumber daya manusia yang berkompeten, diharapkan akan mampu mendorong inovasi dan hilirisasi riset yang berdampak bagi masyarakat serta mendukung program pembangunan nasional. Sementara itu, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) menjadi trend di dunia teknologi. Bahkan otomatisasi terjadi di berbagai sektor termasuk pelibatan kecerdasan buatan untuk membantu kerja manusia. “Kemunculan tren ekonomi paruh waktu bagi perusahaan yang lebih cenderung memilih pekerja kontrak juga menjadi tantangan bagi para lulusan baru,” ujar Rektor.
Rektor beranggapan situasi dan tantangan yang terjadi sekarang ini menuntut para wisudawan untuk turut berkontribusi menjadi subjek pembangunan yang kreatif serta inovatif dalam menghadapi perkembangan kompetisi global. Ia meyakini lulusan UGM memiliki keunggulan kompetensi berupa karakter kemandirian, kemampuan berpikir kritis, dan bertanggung jawab sosial. Karakter-karakter ini tidak hanya mengikuti arus sosial media, yang ia yakini pula para lulusan UGM senantiasa akan selalu memperjuangkan tiga pilar UGM, yaitu misi untuk kerakyatan, kemandirian, dan keberlanjutan. “Dengan penuh syukur dan rasa bangga, saya turut mendoakan semoga seluruh lulusan UGM program Sarjana dan Sarjana Terapan yang telah diwisuda hari ini menjadi pribadi yang memiliki integritas dan karakter moral unggul serta berdaya saing untuk menghadapi tantangan masa depan,” pungkasnya.
Wakil wisudawan, Nikita Christy Alfeana, yang berasal dari Sarjana Terapan Program Studi Teknologi Rekayasa Internet, turut menyampaikan sambutannya pada wisuda kali itu. Baginya, kekhawatiran tentang masa depan adalah bagian dari perjalanan sehingga ia meminta kepada para wisudawan untuk tidak takut pada ketidakpastian. Pendiri komunitas Kokamuhi yang aktif mengkampanyekan kesadaran akan permasalahan lingkungan ini, pernah mengalami kekecewaan karena gagal di tahap seleksi berkas beasiswa di salah satu universitas di Jepang. Namun tidak disangka, saat ia menjalani kuliah di UGM, justru ia mendapatkan kesempatan menjadi delegasi di program Sakura Science Exchange di Akashi, sebuah workshop internasional yang diinisiasi oleh pemerintah Jepang untuk membahas isu penanganan bencana alam. “Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa kegagalan saya di masa lalu hanyalah jalan memutar menuju impian yang sama, dengan cara yang lebih bermakna dan penuh pembelajaran,” kenang Nikita.
Hingga kini, Nikita terus mengembangkan podcast di Kokamuhi, berbincang dengan berbagai ilmuwan, termasuk dari NASA. Salah satunya adalah Jessica Taylor, seorang Physical Scientist di NASA Langley Research Center sekaligus principal investigator pada beberapa projek NASA. Ia beranggapan, semua ini terjadi karena keberanian untuk mengambil langkah pertama dan dukungan dari orang-orang sekitarnya. “Kesempatan akan datang jika kita terus melangkah. Kadang, kita dipertemukan dengan orang lain bukan secara kebetulan, tetapi karena ada kontribusi yang bis akita lakukan bersama. Jadi jangan takut untuk bertanya dan meminta bantuan. Selamat wisuda, sukses untuk langkah berikutnya,” tutupnya.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Firsto