Beredar informasi soal Covid-19 di berbagai media massa dan media sosial yang seringkali membuat orang bingung karena seringkali bertentangan. Padahal, di tengah pandemi global sekarang ini masih banyak sebagian warga yang belum memiliki sumber informasi yang dipercaya, apalagi dapat dengan mudah dimengerti. Untuk memudahkan penyampaian informasi soal Covid-19 dengan baik, Universitas Gadjah Mada menyusun buku saku digital untuk mencegah Covid-19. “Buku saku digital ini kita buat agar setiap keluarga mempunyai informasi dan pengetahuan yang memadai untuk mencegah Covid-19 dan tidak menjadi kebingungan atau panik terhadap situasi sekarang ini,” kata dr. Riris Andono Ahmad, salah satu anggota tim penyusun buku saku digital tersebut, Jumat (16/4).
Ia menceritakan buku saku tersebut disusun oleh Pusat Kedokteran Tropis (PKT) dalam merespons wabah Covid-19. Buku digital yang berisi 29 halaman tersebut dibuat kurang dari satu minggu yang disusun dari berbagai kompilasi materi pendidikan PKT untuk cegah wabah Covid-19. “Kami saat ini juga sedang mengalihbahasakan buku tersebut ke berbagai bahasa daerah di Indonesia. Untuk melakukan alih bahasa tersebut, kami dibantu oleh relawan yang merupakan penutur bahasa daerah setempat,” katanya.
Buku saku ini sengata dibuat dalam bentuk digital untuk mempermudah pendistribusian buku tersebut ke masyarakat sehingga setiap orang diperbolehkan untuk mengirim lewat jejaring pesan berantai. “Kami merancang dalam bentuk buku digital. Akan tetapi kami mempersilakan semua pihak yang akan menggunakan buku tersebut ataupun untuk mencetaknya,”ujarnya.
Menurutnya, pendistribusian buku saku tersebut saat ini mengandalkan media sosial terutama jejaring Whatsapp group. “Jalur distribusi ini kami anggap cukup efektif untuk menyebarkan buku tersebut. Terbukti hingga saat ini ada banyak permintaan dan tawaran untuk mengalihbahasakan ke berbagai bahasa daerah,” katanya.
Buku saku digital cegah Covid-19 ini ternyata mendapat respons positif dari masyarakat. Menurut Riris banyak permintaan buku saku tersebut untuk dialihbahasakan menggunakan bahasa daerah. “Kita merencanakan untuk mengalihbahasakan minimal 10 bahasa daerah yang paling banyak penuturnya di Indonesia,” ujarnya.
Namun demikian, pihaknya tetap akan melakukan pembaruan terhadap buku saku tersebut mengingat metode pengendalian virus ini terus mengalami perubahan karena virus ini mengalami mutasi genetik. “Virus ini merupakan penyakit baru, para ilmuwan, dokter ahli belum banyak memahami pengendalian penyakit ini. Banyak hal baru yang ditemukan setiap hari. Beberapa temuan baru tersebut dapat menyebabkan kebingungan apabila tidak dikomunikasikan dengan baik dan benar kepada masyarakat. Untuk itu kami memang merancang buku ini untuk secara rutin direvisi dan diperbaharui,” katanya.
Sehubungan kejadian adanya warga yang melakukan penolakan proses pemakaman jenazah yang meninggal karena Covid-19 ataupun melakukan tindakan menutup akses jalan dengan mengumpulkan banyak warga justru bisa meningkatkan risiko penularan. Menurutnya, hal itu terjadi karena banyak masyarakat yang tidak mempunyai informasi yang memadai. “Kita harapkan buku saku ini bisa memberikan informasi yang memadai dan menyeluruh sola covid ini,” katanya.
Seperti diketahui, buku saku digital cegah covid yang terdiri 29 halaman ini berisi tentang pengenalan soal virus Covid-19, cara penularan; tanda dan gejala; cara pencegahannya; siapa yang paling rentan; mengenali OTG, ODP dan PDP; cara cuci tangan; social distancing; karantina dan isolasi diri; pemakaman jenazah covid dan tata cara disinfektasi.
Penulis : Gusti Grehenson