
Program Studi Sastra Inggris Universitas Gadjah Mada meraih pencapaian dalam QS World University Rankings by Subject 2025 di peringkat 151-200 dunia dan peringkat nomor 1 di Indonesia. Selain UGM, terdapat dua perguruan tinggi di Indonesia yang masuk peringkat dunia untuk kluster bidang ilmu ini adalah UI yang berada di peringkat 151-200 dunia dan Universitas Pendidikan Indonesia di peringkat 251-300 dunia.
Kepala Program Studi Sastra Inggris, Dr. Adi Sutrisno, M.A., menyampaikan rasa senang dan bersyukur atas pencapaian prodi yang dinaunginya. “Jadi kalau sudah unggul, alhamdulillah kita sudah terakreditasi unggul dan dengan adanya pencapaian ini bisa menjadi bukti bahwa kita sudah bereputasi internasional. Pencapaian ini juga merupakan bagian dari mimpi bersama seluruh komponen akademisi di UGM,” kata Adi Sutrisno, Senin (21/4).
Prodi sastra inggris UGM secara proaktif menerapkan kebijakan yang mendukung pengembangan mahasiswa di kampus. Kebijakan tersebut ditempuh dengan mengadakan berbagai program berkelanjutan dan saling melengkapi. Adi menyampaikan bahwa setelah proses PPSMB berlangsung yang mana wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa baru di UGM, bermacam program berkelanjutan diinisiasi oleh Prodi Sastra Inggris.
Pada periode awal mahasiswa akan diberikan internasional exposure melalui program POPSI (Program Orientasi Program Studi Sastra Inggris). Mahasiswa akan mendapatkan kelas dengan dosen-dosen yang sedang belajar di luar negeri, untuk memberikan gambaran kuliah di luar negeri. Selain itu, prodi juga akan menghadirkan orang-orang berpengaruh seperti Duta Besar Australia hingga Rusia untuk memberikan wawasan internasional. Adi menambahkan meskipun dituntut untuk terhubung secara internasional, dalam POPSI juga menekankan pentingnya wawasan kebangsaan. Hal tersebut penting untuk menanamkan sikap dan tata perilaku di lingkungan kampus. “Itu hal yang kecil dalam POPSI kita hadirkan sehingga mahasiswa punya awal untuk wawasan internasional, juga harapan kami itu punya jiwa nasional, juga punya unggah-ungguh lah gambarnya,” terangnya.
Dalam proses belajar mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk mendapatkan kelas umum yang mana diikuti oleh mahasiswa dari Jepang dan Taiwan. Kegiatan tersebut diadakan guna mengupayakan agar mahasiswa Sastra Inggris UGM bisa terkoneksi dengan mahasiswa dari negara lain dan saling mengambil pelajaran atau pun hal baik yang bisa diterapkan di kampus. “Sampai sekarang kegiatan ini sudah berlangsung sekitar 5 tahun. Jadi, mahasiswa ini memang di awal-awal sudah terkoneksi dengan kegiatan-kegiatan,” ungkapnya.
Prodi Sastra Inggris UGM juga menjalin hubungan baik dengan National University of Singapore (NUS). Dalam proses pembelajaran di kampus, mahasiswa Sastra Inggris UGM juga diberikan kesempatan untuk mengikuti semacam short course di NUS Singapura. Mahasiswa akan belajar selama beberapa hari di Singapura dan sebaliknya. Kegiatan ini juga secara tidak langsung sebagai ajang promosi kebudayaan Indonesia terhadap dunia internasional.
Tidak hanya dari segi akademik saja, Prodi Sastra Inggris UGM juga mewadahi mahasiswanya untuk berkreasi dalam pentas teater yang diadakan setiap satu tahun sekali dalam acara tahunan yaitu English Days. Dalam event tersebut mahasiswa tidak hanya berperan sebagai penampil akan tetapi mahasiswa juga diberi kesempatan untuk mengelola acara tersebut mulai dari konsep acara hingga usaha dalam mencari pendanaan.
Prodi Sastra Inggris UGM juga mengupayakan agar mahasiswa dapat menguasai berbagai kemampuan seperti pengelolaan website dan sosial media maka hal tersebut juga dipercayakan kepada mahasiswa dengan bekal yang diberikan yakni kelas writing dan jurnalisme yang didapatkan mahasiswa di kelas.
Salah satu hal yang unik dari prodi ini adalah Sastra Inggris UGM turut mengembangkan tes proficiency bahasa inggris bernama AcEPT (Academic English Proficiency Test) UGM. Bentuk tes ini telah digunakan resmi oleh UGM untuk seleksi mahasiswa baru yang akan belajar di UGM.
Bidang publikasi, prodi sastra inggris juga memiliki jurnal yang mana mulai tahun 2024 dibuka untuk seluruh prodi sastra inggris di Indonesia untuk mempublikasi karya ilmiah atau artikel yang dimiliki. “Kemarin kita mengajukan akreditasi dan langsung mendapat sinta 3,” ungkapnya.
Soal reputasi alumni, Adi mengungkapkan bahwa jaringan alumni Sastra Inggris UGM dan pensiunan dosen juga turut berperan dalam perkembangan prodi. Saran atau pun masukan beserta informasi sering dibagikan kepada pihak prodi dan mahasiswa. “Tujuannya adalah membantu mahasiswa untuk dapat terus berprestasi kedepannya,” terangya.
Dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh prodi sastra inggris UGM beserta mahasiswa dan tendik, pencapaian ini merupakan suatu hal yang patut disyukuri. Tiap tahunnya Sastra Inggris UGM mampu memberangkatan cukup banyak mahasiswa untuk mengikuti Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA). Adi mengungkapkan bahwa mahasiswa ini nantinya akan membawa cerita pengalaman mereka yang dapat dibagikan. “Sekali lagi, prestasi kami tidak mengejar, tapi kami fokusnya pada visi misi dan prestasi akan mengikuti,” pungkasnya.
Penulis : Jelita Agustine
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Donnie