
Kesejahteraan ternak perlu menjadi perhatian bagi seluruh masyarakat terutama bagi juru sembelih menjelang pelaksanaan Idul Kurban. Menurutnya, banyak ternak kurban kurang diperhatikan saat ditempatkan di area penampungan sementara ternak yang ada di sekitar masjid, sekolah, kantor, dan sebagainya
Dosen Fakultas Peternakan UGM, Prof. Ir. Panjono, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM., ASEAN Eng mendorong para pengurus masjid atau panitia kurban sebaiknya menjamin kesejahteraan hewan kurban.“Kita-kita harus memastikan bahwa ternak bisa beristirahat dengan tenang dan nyaman. Jangan sampai suasana penampungan terlalu gaduh sehingga mengganggu ketenangan ternak,” kata Panjono, Selasa (20/6).
Ia mengingatkan pentingnya soal cara pengikatan ternak. Pasalnya pengikatan yang cukup kuat menjaga ternak agar tidak lepas. Dia mengingatkan posisi patok dan panjang tali ikatan juga harus diperhatikan agar ternak bisa dengan nyaman tanpa terbelit ataupun tercekik karena posisi dan panjang tali yang tidak pas. “Jika ternak berada di penampungan lebih dari 6 jam, sebaiknya ternak diberi minum supaya tidak kehausan” jelasnya.
Selain itu, ia mengingatkan agar masyarakat lebih jeli dan tidak sembarangan dalam memilih hewan kurban terutama sapi dan domba. Panjono memberi tips dalam memilih sapi dan domba kurban adalah sehat dan tidak cacat. “Ternak yang sehat bisa dilihat dari penampilan fisik maupun tingkah lakunya”, terangnya.
Penampilan fisik ternak yang sehat antara lain, disebutkan mulut bersih segar tidak berbusa atau berbau, mata jernih bersih bersinar tidak sayu, berwarna putih keruh atau merah, serta tidak ada kotoran putihnya (atau dalam Bahasa Jawa blobok). Kemudian pantat maupun anus terlihat bersih tidak ada kotoran yang menempel di sekitarnya. “Kalau sapi mencret jelas itu tanda-tanda sakit,”terang Panjono.
Ternak yang sehat, katanya akan terlihat cukup aktif dan tidak lesu. Selain itu, untuk ternak ruminansia, seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba yang sehat ditandai dengan adanya aktivitas memamah biak. “Kalau kita yang di Jawa itu disebut nggayemi”, imbuhnya.
Reportase : Satria/Humas Fakultas Peternakan
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Freepik.com