
Riset Bioteknologi belakangan ini tengah tumbuh dengan pesat. Sejumlah inovasi dihadirkan guna memberikan kebermanfaatan dan keberlanjutan yang dapat diterapkan secara luas melalui pasar. Industri saat ini tengah bergerak ke arah pengembangan novel foods atau pangan baru. Pangan baru merujuk pada solusi alternatif dan berkelanjutan yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi pangan di dunia.
Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, selaku Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM menyebutkan ada beberapa alasan yang menyebabkan konsumen mulai memilih pangan baru ini, salah satunya tingkat kesehatan dan gizi yang dikandung. “Konsumen mulai memilih panganan yang baik untuk kesehatan namun memiliki gizi tinggi, seperti rendah kolesterol dan tinggi protein,”kata Sri Raharjo dalam seminar bertajuk Catalyzing and Protecting Biotech Innovation for a Sustainable Future Protecting Creativity and Catalyzing Innovation in Conjunction with Future Deeptech Forum 2025 yang digelar di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM, Selasa (20/5) lalu.
Aspek lain yang dicari konsumen dalam pangan baru menurut Sri Raharjo pada segi keberlanjutan dengan jejak karbon yang diproduksi lebih rendah. Selain itu, ada pula aspek etik yang diinginkan konsumen seperti perlakuan yang lebih ramah kepada hewan ternak. Keterjangkauan dan harga juga menjadi salah satu faktor yang membuat konsumen mulai beranjak kepada pangan baru. ia menyebutkan pasar pangan baru yang muncul sekarang ini seperti susu untuk lansia dan minuman berelektrolit.
PSPG UGM sebut Raharjo kini tengah berfokus pada probiotic-based food and supplement yang tengah populer di kalangan konsumen di Indonesia. PSPG UGM telah mengumpulkan strains probiotik yang telah diuji keamanannya dan sesuai bagi sistem pencernaan masyarakat Indonesia serta memiliki manfaat kesehatan. Produk yang telah dikembangkan seperti Ken’s Pro yang merupakan minuman sereal berbasis tanaman probiotik. “Ke depannya, PSPG UGM juga akan memulai sejumlah produk probiotik lainnya bekerja sama dengan dunia industri,” harapnya.
Dr. Rantih Asmana Ningrum, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional mengatakan bahwa bioteknologi menjadi kunci utama dalam menyiapkan ketahanan pangan di ambang tantangan krisis iklim dan sumber daya. “Bioteknologi ini adalah baris pertahanan terdepan kita yang bisa mengubah sains menjadi tameng dalam menghadapi krisis ke depan seperti pandemi,” tuturnya.
BRIN menjadi pusat bagi sekaligus jembatan kolaborasi antara dunia riset dan penerapan bioteknologi di dunia industri. Rantih berpandangan bahwa BRIN dapat menjadi penggerak untuk menghasilkan inovasi yang diambil dari laboratorium dan diterapkan di pasar. “Nantinya, tujuan akhir BRIN adalah untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan ilmuwan-ilmuwan di Indonesia di bidang bioteknologi,” paparnya.
Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM, Dr. Hargo Utomo mengatakan pengembangan pangan baru melalui inovasi bioteknologi bisa menjadi jembatan kerja sama antara akademisi dan industri untuk membangun kolaborasi dan kerja sama yang kuat.
Penulis :Lazuardi
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Donnie