
Abrasi pantai, degradasi lahan pesisir, serta tekanan dari perubahan iklim global menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan ekosistem dan kehidupan masyarakat yang bergantung padanya. Salah satu desa yang terdampak adalah Desa Sidogedungbatu, yang terletak di pesisir timur Pulau Bawean. Untuk melakukan pelestarian lingkungan pesisir disana, Tim KKN-PPM UGM Baweanesia meluncurkan program gerakan menanam 2000 bibit mangrove bersama yayasan Trees4Trees, Sabtu (28/6).
Program kolaborasi bertajuk “Selamatkan Mangrove, Selamatkan Masa Depan Pesisir” ini bukanlah proyek sesaat, melainkan upaya jangka panjang untuk membangun kesadaran ekologis serta praktik pelestarian lingkungan yang berkelanjutan. Salah satu aksi konkret adalah penanaman 2.000 bibit mangrove di sepanjang pesisir desa menjadi langkah penting untuk memulai restorasi ekosistem pesisir di kawasan ini. “Kami memulai dengan melakukan pemetaan persoalan lingkungan, berdialog dengan warga, dan merancang aksi yang tidak hanya simbolik, tetapi memberi dampak nyata,” ujar Nicho, selaku Koordinator Program Penanaman Mangrove, Selasa (8/7).
Lebih lanjut, Nicho menyampaikan bahwa keberhasilan inisiatif ini tak lepas dari dukungan Trees4Trees, sebuah NGO (Non-Governmental Organization) yang dikenal atas dedikasinya dalam reforestasi dan pemberdayaan komunitas lokal. Melalui penyediaan bibit, dukungan teknis, serta edukasi tentang pentingnya ekosistem mangrove, Trees4Trees menjadi jembatan antara semangat muda dan pengalaman lapangan.
Dengan pendekatan partisipatif, mereka memastikan masyarakat lokal bukan hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga aktor utama dalam menjaga dan merawat mangrove yang telah ditanam. Tim KKN Baweanesia menekankan bahwa program ini merupakan bentuk nyata pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal. “Kami ingin meninggalkan sesuatu yang tumbuh, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara nilai dan kesadaran. Mangrove ini adalah upaya kami untuk keberlanjutan bagi generasi berikutnya,” imbuh Nicho.
Program ini menandai babak baru bagi Tim KKN Baweanesia tentang bagaimana desa pesisir bisa menjadi pusat inovasi hijau dan kemandirian lingkungan. Ini bukan akhir, melainkan awal dari gerakan panjang menuju desa yang berdaya, berkelanjutan, dan selaras dengan alam. “Melalui kolaborasi perangkat desa, karang taruna, masyarakat, serta mitra seperti Trees4Trees, kami berharap Desa Sidogedungbatu akan dapat menapaki jalan baru menuju pembangunan yang berbasis pada kearifan lokal dan keberlanjutan lingkungan,” katanya.
Nicho menekankan bahwa lebih dari sekadar aksi menanam, kegiatan ini menciptakan kultur ekologis bahwa merawat alam bukanlah pilihan melainkan kewajiban. Aksi ini juga menjadi media pelajaran bagi para mahasiswa dan warga sekitar tentang tanggung jawab, cinta pada kampung halaman, dan pentingnya menjaga bumi sebagai rumah bersama.
Reportase : Liyana Amalia / Tim KKN-PPM Baweanesia
Penulis : Lintang Andwyna
Editor : Gusti Grehenson
Foto : GNFI dan Timesindonesia