
Tim KKN-PPM UGM Merintis Rainis 2025 yang tengah menjalankan pengabdian di Desa Alo, Kecamatan Rainis, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, baru saja menjalani hari yang sangat berkesan. Pada Selasa (7/7) kemarin, tim KKN Rainis turut terlibat dalam prosesi peletakan batu pertama pembangunan rumah warga, yakni sebuah tradisi lokal yang sarat makna dan memperlihatkan eratnya sinergi masyarakat, agama, adat, dan pemerintahan.
Tradisi peletakan batu pertama bukan sekadar simbol dimulainya pembangunan rumah, tetapi juga menjadi cerminan nilai gotong royong dan solidaritas masyarakat. Dalam tradisi ini, hampir seratus warga Desa Alo berkumpul dan bergotong royong menyusun batu, mengaduk semen, dan menata besi untuk membangun pondasi rumah dalam waktu sehari. Prosesi ini hanya dilakukan pada hari pertama pembangunan. Selanjutnya, proses pembangunan dilanjutkan oleh pihak yang berwenang. “Sinergi masyarakat di Desa Alo sangat kuat. Dalam kegiatan peletakan batu pertama ini saja, hampir 100 warga meninggalkan aktivitas sehari-hari mereka demi berkumpul dan berkontribusi,” ungkap Nabil, salah satu anggota tim KKN-PPM UGM Merintis Rainis, Jumat (11/7).
Pengalaman ini juga menjadi ruang belajar yang berharga bagi para mahasiswa. Bagi tim KKN yang ditempatkan di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), keterlibatan langsung dalam tradisi lokal memberikan pemahaman baru tentang dinamika sosial dan kearifan lokal. Ilmu yang diperoleh selama perkuliahan pun diimplementasikan langsung dalam konteks nyata, sembari menyerap nilai-nilai yang hidup di tengah masyarakat.
Prosesi peletakan batu pertama ini diawali dengan doa bersama sebagai bentuk penghayatan spiritual. Pilar agama menjadi pembuka rangkaian kegiatan, ditandai dengan pembacaan doa dan puji syukur oleh pendeta setempat. Doa-doa dipanjatkan untuk memohon kelancaran pembangunan rumah serta keselamatan dan kesejahteraan keluarga yang akan menempatinya. “Pilar agama selalu penting dalam kegiatan masyarakat sebagai bentuk keimanan dan pemujaan kepada Tuhan di seluruh aspek kehidupan,” ujar sang pendeta saat menjelaskan kepada tim mahasiswa.
Setelah itu, prosesi dilanjutkan dengan peran adat sebagai wujud penghormatan terhadap leluhur dan tradisi. Sesepuh adat atau inanga banua menyampaikan pidato dalam bahasa daerah Talaud (Taroda) yang berisi harapan dan doa-doa kebaikan bagi proses pembangunan rumah dan kehidupan penghuninya di masa depan. Terakhir, pilar pemerintahan hadir melalui peran perangkat desa yang mengesahkan pembangunan secara administratif, memastikan rumah dibangun sesuai dengan ketentuan tata kelola desa.
Nabil mengatakan, bahwa ketiga pilar tersebut memiliki peran masing-masing yang dijalankan secara berurutan, sebelum akhirnya masyarakat bergerak bersama membangun rumah secara bergotong royong sepanjang hari. “Kami jadi tahu bahwa tradisi ini tidak hanya merekatkan hubungan sosial antarwarga, tetapi juga menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam kehidupan bermasyarakat,” jelasnya.
Melalui keterlibatan dalam kegiatan ini, tim KKN Merintis Rainis juga belajar bahwa membangun masyarakat bukan hanya tentang menghadirkan infrastruktur fisik, tetapi juga memahami dan merawat nilai-nilai sosial dan budaya yang hidup di dalamnya. “Kami mahasiswa belajar bahwa nilai sosial dan sinergi kehidupan bermasyarakat berarti berinteraksi dengan sesama dan juga menyadari bagaimana setiap individu memiliki peran dalam membentuk keharmonisan sosial dalam kehidupan,” tutup Nabil.
Reportase : Nanda Ishaqi/Tim KKN-PPM UGM Merintis Rainis 2025
Penulis : Lintang Andwyna
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Tim KKN-PPM UGM Merintis Rainis 2025