![](https://ugm.ac.id/wp-content/uploads/2020/02/27022015827732621231765907-765x510.jpg)
Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus DAA., DEA., IPU. ASEAN Eng., mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara dengan triple ganda permasalahan gizi. Bahkan, Indonesia menempati urutan ke-5 dunia dengan jumlah anak di bawah usia 5 tahun (balita) dengan status stunting setelah Pakistan, Nigeria, China, dan India.
Menurut Agus, stunting dinyatakan sebagai keadaan tumbuh lambat dan atau gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis. Indikator utamanya adalah bobot badan dan tinggi badan yang lebih rendah daripada standar usianya.
Kekurangan gizi pada umumnya terjadi sejak dalam kandungan hingga masa awal setelah anak lahir, sedangkan untuk kasusnya baru terlihat nyata setelah anak berumur 2 tahun.
“Status prevalensi gizi balita yang mengalami stunting berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2019 sebanyak 27,67 persen atau mengalami penurunan dari angka 30,8 persen pada 2018”, ujarnya di Fakultas Peternakan UGM, Senin (2/3).
Agus menjelaskan kondisi stunting bukan hanya berdampak pada tubuh secara fisik, namun juga menghambat perkembangan kognitif dan motorik. Selain itu, katanya, berpotensi lebih tinggi mengalami gangguan penyakit metabolik ketika dewasa.
“World Bank menyebutkan potensi kerugian ekonomi bagi negara setiap tahunnya bisa mencapai 2-3 persen dari GDP (Gross Domestic Product). Jika GDP Indonesia 13 ribu triliun rupiah maka potensi kerugian berkisar 260-390 triliun rupiah per tahun,” ucapnya.
Terkait hal tersebut, Dharma Wanita Persatuan Fakultas Peternakan UGM kemudian melakukan promosi gizi telur dan susu kepada anak-anak PAUD. Promosi dikemas dalam acara kunjungan ke Posyandu dan Pendidikan Anak Usia Dini.
Kunjungan pertama pada 23 Februari 2020 di Posyandu Jaban, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman. Dilanjutkan kunjungan pada 27 Februari 2020 di SPS Kuncup Melati Dusun Santren dan SPS Mutiara Hati Karangmalang, Caturtunggal, Depok, Sleman.
“Kegiatan ini merupakan bentuk perwujudan visi misi Fapet UGM yang dilaksanakan melalui DWP Fapet UGM untuk mengkampanyekan gizi protein hewani yang murah dan bermanfaat untuk mencegah stunting dan membangun kecerdasan anak,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua DWP Fapet UGM, Dr. Ir. Chusnul Hanim, M.Si, IPM, Asean.Eng, menjelaskan sebanyak 100 kap susu pasteurisasi dan 1.100 butir telur dibagikan kepada 70 anak PAUD. Kemudian sebanyak 2.000 butir telur untuk Posyandu Dusun Jaban.
Susu-susu kap tersebut berasal dari DWP Fapet UGM, sedangkan sumbangan telur dari PT Widodo Makmur Unggas kepada Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Yogyakarta dan Ikatan Istri Sarjana Peternakan Indonesia (IISPI) Widya Andini, Yogyakarta.
“Dalam hal ini DWP Fapet hanya membantu menyalurkan. Dari kegiatan ini paling penting ditanamkan adalah soal pemahaman gizi protein hewani berupa telur dan susu kepada anak usia dini agar memiliki perilaku makan yang baik, tidak kecanduan makanan instan dan tentu saja juga untuk mencegah stunting,” tuturnya.
Hanim menjelaskan telur merupakan sumber protein hewani yang paling mudah didapatkan dan sangat disukai anak-anak hingga orang dewasa. Dengan harga yang terjangkau setiap rumah tangga bisa menyediakannya tiap hari.
Begitu pula dengan susu. Gambaran susu mahal bisa ditepis dengan tersedianya susu segar hasil produksi koperasi peternak sapi perah yang diproses pasteurisasi dalam kemasan kap dan harganya terjangkau oleh uang jajan anak.
Rubiyani, Kepala Lembaga SPS Kuncup Melati, mengucapkan terima kasih kepada DWP Fapet UGM dan berharap kerja sama semacam ini terus berlanjut. Terlebih ada seorang anak didiknya yang memiliki ciri stunting karena berat badannya di bawah standar umur.
“Kami bersama anak-anak ingin mengunjungi kampus Fapet UGM melihat-lihat ternak di sana, namun belum tahu prosedurnya,” ungkapnya.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan Riyani Hadiningsih, Kepala Lembaga SPS Mutiara Hati. Ia menyebut ada 2 anak didiknya yang mendapatkan pengawasan dan pendampingan dari puskesmas setempat karena terindikasi mengalami stunting.
“Terima kasih atas bantuan susu dan telur ayam dari DWP Fapet UGM ini. Semoga bisa menambah pemahaman dan kesadaran orang tua anak didik untuk selalu menyediakan makanan bergizi terbaik bagi keluarganya,” ungkapnya.
Penulis: Agung