
Universitas Gadjah Mada (UGM) dan PT Botika Teknologi Indonesia resmi menandatangani Nota Kesepahaman Bersama (MoU) pada Kamis (17/7), di Ruang Sidang Pimpinan, Gedung Pusat UGM. Kesepahaman ini menandai langkah strategis kedua institusi dalam memperkuat kolaborasi pengembangan solusi digital berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) khususnya dalam bidang layanan informasi dan transformasi digital di lingkungan perguruan tinggi. Kerja sama ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama yang telah terjalin sebelumnya, termasuk peluncuran LISA (Lean Intelligent Service Assistant), sebuah asisten virtual berbasis AI yang menjadi bagian dari layanan Unit Layanan Terpadu (ULT) UGM di Gedung Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) awal bulan Juli lalu.
Wakil Rektor UGM Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama, Dr. Danang Sri Hadmoko, menyampaikan apresiasi atas inisiasi bersama yang telah dijalin dengan PT Botika. Ia menekankan pentingnya kolaborasi ini tidak hanya sebagai inovasi layanan, tetapi juga sebagai langkah awal penguatan ekosistem riset dan pendidikan berbasis AI di UGM. Danang pun menilai keterlibatan industri seperti Botika sangat krusial untuk mempercepat adaptasi teknologi dan mendekatkan hasil riset kampus dengan kebutuhan nyata di masyarakat. “Beberapa waktu lalu kami sudah sempat berinteraksi dengan LISA. Saya tanya, siapa Rektor UGM? Ternyata tahu dan jawabannya tepat. Ini pembelajaran menarik untuk pengembangan AI di lingkungan akademik,” ujarnya.
Danang juga menambahkan bahwa UGM memiliki sejumlah program seperti Innovative Academy dan pengembangan startup yang bisa menjadi ruang kolaborasi lanjutan antara universitas dan industri, termasuk dalam hal pendampingan dan transfer pengetahuan dari praktisi profesional kepada mahasiswa. Program-program ini telah menjadi wadah lahirnya berbagai inisiatif kewirausahaan teknologi dari mahasiswa lintas disiplin. Dengan dukungan mitra industri seperti PT Botika, ekosistem inovasi tersebut diharapkan dapat tumbuh lebih cepat dan berdampak lebih luas, baik di tingkat nasional maupun global. “Kita perlu mendorong AI tidak hanya untuk pembelajaran, tetapi juga riset dan inovasi. Kerja sama ini bisa membuka peluang besar, termasuk melibatkan mahasiswa dalam pengembangan program, mentorship, dan bahkan kurikulum bersama,” tutur Danang.
Sementara itu CEO PT Botika, FA Puwara Anindita, menyampaikan optimismenya terhadap masa depan kolaborasi ini. Ia menilai bahwa implementasi LISA di UGM merupakan langkah awal yang sangat potensial mengingat luasnya cakupan manfaat AI untuk layanan pendidikan dan branding institusi. Puwara juga melihat peluang besar untuk mengintegrasikan AI dalam strategi komunikasi universitas agar lebih responsif, interaktif, dan adaptif terhadap kebutuhan generasi digital. “Kami melihat LISA punya potensi besar, tidak hanya untuk menjawab pertanyaan umum, tapi juga mendampingi mahasiswa seperti personal mentor, bahkan untuk hal-hal teknis seperti tugas atau skripsi,” ungkapnya.
Puwara juga berharap bahwa ke depan, sinergi antara Botika dan UGM dapat berkembang ke arah pengembangan generasi masa depan yang siap bersaing secara global melalui pemanfaatan teknologi terbaru. Melalui kolaborasi ini, ia yakin UGM dapat menjadi pusat pengembangan talenta AI yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga relevan dengan kebutuhan industri masa depan. “UGM sudah mengambil langkah strategis dengan membuka ruang bagi AI yang di Indonesia saat ini masih sangat terbatas,” katanya mengapresiasi.
Nota Kesepahaman ini selanjutnya akan segera ditindaklanjuti melalui unit-unit terkait di lingkungan UGM, termasuk Biro Transformasi Digital. Kolaborasi antar kedua institusi diharapkan menjadi kontribusi nyata dalam mendorong transformasi digital kampus dan mendekatkan teknologi ke dalam praktik akademik dan layanan publik yang lebih cerdas, efisien, dan humanis. Sebagai perguruan tinggi nasional yang memiliki komitmen kuat terhadap inovasi dan pengabdian, UGM terus berperan aktif dalam menjembatani kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri, guna mencetak SDM unggul yang siap menjawab tantangan era digital.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Donnie