
Wakil Menteri Koperasi, Ferry Joko Juliantono, SE Ak., Msi., menyatakan pembentukan koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih bertujuan memperkuat peran koperasi sebagai pilar kesejahteraan rakyat dan penggerak ekonomi desa. Koperasi diharapkan mampu mendorong penciptaan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan petani dan pelaku UMKM, memperpendek rantai pasok, serta memperkuat inklusi keuangan di tingkat desa. Koperasi Merah Putih diharapkan berperan menekan kemiskinan ekstrem dan inflasi melalui pelayanan ekonomi yang lebih efisien dan berbasis komunitas.
“Pendekatan inklusi sosial dan inovasi menjadi kunci dalam membentuk koperasi masa depan yang mampu menghadapi tantangan global di era digital”, ujarnya di Hotel Grand Keisha Jl. Gejayan Yogyakarta, Senin (21/7) dalam seminar kebangsaan memperingati Hari Koperasi bertema: Koperasi Maju, Indonesia Adil Makmur.
Seminar diselenggarakan Dinas Koperasi dan UKM Daerah Istimewa Yogyakarta, Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada dan Forum Komunikasi Koperasi Indonesia (FORKOPI). Sejumlah pembicara hadir diantaranya Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Amirullah Setya Hardi, S.E., Cand.Oecon., Ph.D., Guru Besar Fakultas Pertanioan UGM Prof. Dr. Jamhari, dan Cahyadi Joko Sukmono selaku praktisi sekaligus Ketua Dewan Pengurus Nasional DPN ABDSI.
Tercatat jumlah koperasi aktif di Indonesia hingga tahun 2024 kita sebanyak 131.617 unit, dengan keanggotaan mencapai hampir 30 juta orang. Angka ini memperlihatkan satu dari sepuluh warga Indonesia menjadi bagian dari koperasi. BPS pada tahun 2024 mengungkap kontribusi koperasi terhadap PDB nasional mencapai sekitar Rp 1.373 triliun atau 6,2 persen dari Rp 22.139 triliun, dan potensinya masih sangat memungkinan untuk dikembangkan.
Berbagai tantangan seperti rendahnya partisipasi aktif anggota, kurangnya inovasi digital, terbatasnya inklusi sosial, serta kurangnya regenerasi pengurus membuat koperasi Indonesia belum mampu menjadi tulang punggung ekonomi rakyat secara maksimal. Karena itu dalam rangka memperingati Hari Koperasi Nasional ke-78, diperlukan upaya berkelanjutan untuk memperkuat peran koperasi sebagai motor penggerak perekonomian rakyat.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si menyatakan persepsi negatif akibat kasus di masa lalu dan pinjaman online ilegal yang berkedok koperasi, serta trauma masyarakat terhadap kegagalan koperasi di masa lalu yang menyebabkan kerugian finansial diakui menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya partisipasi masyarakat berkoperasi. Keengganan mereka juga terlihat terhadap pembentukan dan pengembangan Koperasi Merah Putih di desa.
“Masyarakat belum melihat pentingnya koperasi, terlihat dari rendahnya persentase masyarakat yang menjadi anggota koperasi. Juga dimungkinkan kurangnya pemahaman tentang manfaat koperasi bagi peningkatan ekonomi masyarakat desa”, ungkapnya.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, Amirullah Setya Hardi, Ph.D, menyoroti pentingnya kerja sama penta helix dalam koperasi, terutama kolaborasi pemerintah, mayarakat, swasta dan akademisi. Pemerintah berperan dalam pembuatan kebijakan, menyediakan infrastruktur, dan memfasilitasi kolaborasi antara pemangku kepentingan lainnya. Sementara kalangan bisnis diharapkan menyumbangkan sumber daya, keahlian, dan semangat kewirausahaan, mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja dalam ekosistem koperasi, dan para akademisi mampu menyediakan penelitian, pengetahuan, dan pelatihan untuk mendukung pengembangan model kooperatif, meningkatkan keterampilan, dan mempromosikan inovasi. “Masyarakat yang mewakili pengguna akhir dan penerima manfaat dari inisiatif koperasi, memastikan bahwa upaya pembangunan relevan dan responsif terhadap kebutuhan lokal. Kita berharap juga peran media yang bisa bertindak sebagai saluran komunikasi untuk menyebarkan informasi, meningkatkan kesadaran, dan mempromosikan dampak positif pengembangan koperasi”, katanya.
Penulis : Agung Nugroho