
Universitas Gadjah Mada sebagai universitas kerakyatan terus mendukung upaya kemajuan ekonomi masyarakat di pedesaan. Salah satunya di Desa Sambak, Magelang, Jawa Tengah. Desa ini dikenal sebagai desa yang potensial dan menjadi sentra produksi tahu. Namun, sayangnya limbah produksi tahu menyebabkan permasalahan lingkungan. Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM dengan Yanmar Environmental Sustainability Support Association (YESSA) Jepang, berhasil mengolah limbah tahu menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat sebagai bahan bakar. Selain itu, tim FTP UGM juga turut membantu mendirikan perkebunan buah di Desa Sambak.
Dekan FTP UGM Prof. Eni Harmayani, menyebut pihaknya bangga melihat dan terlibat langsung dalam transformasi yang terjadi di Desa Sambak. Kolaborasi dapat dilihat dengan adanya pengolahan limbah tahu menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat sebagai bahan bakar. Selain itu, FTP UGM juga turut membantu mendirikan perkebunan buah di Desa Sambak. Hal-hal tersebut menjadi bukti nyata peran universitas di masyarakat. Untuk itu, ke depan Eni menggandeng Fakultas Peternakan, Fakultas Teknik, dan Sekolah Vokasi untuk bergerak membangun Desa Sambak. “Ini bukti bahwa ilmu harus terhilirkan ke masyarakat untuk menjawab tantangan yang ada hingga kemudian dapat menjadi pembelajaran bagi pembangunan desa lainnya,” katanya dalam keterangan yang dikirim Senin (28/7).
Dalam seremoni bertajuk “From Zero to Hero: Perjalanan Kolaborasi FTP UGM-YESSA”, Kamis (24/7), di Desa Sambak, Magelang, Perwakilan dari YESSA, Morio Tsukada, Ph. D. menilai kerja sama pihak Yanmar dan FTP UGM selama empat tahun ini amat bermakna. Perkembangan Desa Sambak menuju climate smart agrotourism membentuk sebuah desa yang mampu mengembangkan potensi alam sekaligus peduli terhadap isu perubahan iklim.
Bupati Kabupaten Magelang, Grengseng Pamuji turut menyumbangkan apresiasi melihat pembangunan berbasis ilmu pengetahuan di Sambak. Grengseng menyadari bahwa setiap pembangunan perlu landasan teoritis yang jelas, yang mana ia akui pula belum disadari oleh semua pihak. “Desa Sambak menjadi contoh bagi warga Kabupaten Magelang yang dapat berkembang di desa lain,” ujarnya.
Ketua Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTP UGM, Prof. Lilik Sutiarso, menjelaskan proses perkembangan Desa Sambak hingga kondisinya hari ini. Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana potensi yang ada dapat dikelola, misalnya menjadi desa agrowisata yang seperti apa. Menurut Lilik, tentunya Desa Sambak harus punya keunikannya sendiri agar berbeda dengan desa lainnya. Untuk itu dipilihlah Desa Sambak agar menjadi sebuah desa agrowisata yang mengedepankan climate smart agrotourism yang juga menggabungkan teknologi digital.
Desa Sambak kemudian perlahan berbenah dengan penerapan steamboiler bagi produsen tahu. Kini, targetnya adalah Desa Sambak dapat mengejar pasar wisata internasional. Salah satu strategi yang diterapkan adalah desa ini disiapkan menjadi desa agrowisata berbasis pendidikan. Lilik mencontohkan bahwa mahasiswa dari universitas di Malaysia dan Belgia sudah sempat berkunjung untuk belajar langsung mengenai alam. Tidak hanya itu, strategi berupa menjadi tempat budaya dan edukasi sekaligus rekreasi juga tengah digencarkan. Kebun buah yang tengah disiapkan sudah ditanami berbagai macam tumbuhan seperti alpukat, kelengkeng, dan durian. “Nantinya pengunjung yang datang dapat merasakan langsung pengalaman memetik buah dan mengkonsumsinya di tempat. Kebun buah ini juga turut disertai sistem perairan dan integrasi dengan peternakan,” paparnya.
Dahlan selaku Kepala Desa Sambak mengisahkan pengalamannya dalam memimpin Sambak hingga hari ini. Ia mengaku Kerja sama FTP UGM bersama YESSA yang hadir di Sambak kemudian memberikan opsi kepada produsen tahu untuk beralih menggunakan steam boiler yang lebih efektif dan efisien sekaligus ramah lingkungan. “Untuk itu, kami berterima kasih kepada UGM dan YESSA dan kami berharap supaya pendampingan ini dapat terus berlangsung,”pungkasnya.
Penulis : Lazuardi
Editor : Gusti Grehenson