
Pulau Tokonanaka kembali menunjukkan potensinya sebagai destinasi wisata berbasis komunitas. Kali ini, melalui inisiatif dari tim mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Gadjah Mada (UGM), pulau kecil yang berada di Morowali Utara ini menjadi lokasi dari kegiatan Open Trip di Desa Tokonanaka, sebuah program pariwisata edukatif yang menghibur serta mengedepankan prinsip pemberdayaan masyarakat dan kelestarian lingkungan.
Kegiatan yang berlangsung pada 26–27 Juli 2025 ini berhasil karena adanya kolaborasi dari tim KKN Saba Mortara yang diprakarsai oleh Muhammad Sidik Efendi dan Bimo Nur Rochim sebagai penanggung jawab utama, bekerja sama dengan pihak mitra travel Journey dan pemuda lokal Tokonanaka, yang dipimpin oleh Muhdar, Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). “Open Trip ini bukan hanya untuk menarik wisatawan, tapi juga untuk membuktikan bahwa pariwisata bisa menjadi ruang partisipasi aktif bagi masyarakat desa, khususnya anak muda,” ujar Fendi ketika diwawancara, Senin (4/8).
Rangkaian kegiatan Open Trip ini dimulai pada Sabtu pagi, 26 Juli 2025, dengan aksi penanaman mangrove sebagai simbol komitmen terhadap kelestarian lingkungan pesisir. Kegiatan dilanjutkan dengan permainan air yang seru di pantai, seperti banana boat, kayak, dan sesi berenang di pantai berpasir putih khas Tokonanaka.
Bagi pemuda lokal, kegiatan ini menjadi pengalaman yang penuh arti. Mereka yang terlibat sejak tahap persiapan, mengaku merasa senang karena diberikan kepercayaan untuk turut ambil bagian secara langsung. “Senang sekali bisa dilibatkan, bukan cuma bantu-bantu di lapangan, tapi juga diajak diskusi dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Jadi kami merasa dihargai dan punya peran,” ungkap Fikram, salah satu pemuda lokal.
Saat malam tiba, peserta mengikuti sesi diskusi terbuka bersama Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Morowali Utara, yang membahas isu penting seputar pengelolaan sampah dan tantangan lingkungan di wilayah pesisir. Diskusi tersebut selain memberi wawasan bagi peserta, juga membuka ruang dialog antara pemuda dan pemerintah. “Setelah diskusi, peserta menikmati malam di alam terbuka. Nuansa kebersamaan dan keakraban terasa kental dan menjadikan pengalaman liburan mereka sebagai ruang pertukaran gagasan dan semangat kolektif,” kata Fendi.
Pagi harinya, kegiatan dilanjutkan dengan senam pagi bersama di tepian pantai, dilanjutkan dengan outbound berburu harta karun yang penuh tawa dan kekompakan. Setelah sesi outbound, peserta bersiap meninggalkan pulau, membawa pulang pengalaman yang penuh makna.
Menurut Bimo, program ini adalah bentuk nyata dari pendekatan pariwisata yang berkelanjutan. Menurutnya, pariwisata tidak boleh hanya berhenti di aktivitas rekreasi. Perlu ada unsur edukasi, pelestarian, dan terutama pelibatan masyarakat lokal. Kalau masyarakat jadi subjek, bukan objek, maka pariwisata akan lebih berumur panjang. “Kami senang bisa terlibat langsung. Banyak teman-teman yang awalnya tidak tahu bagaimana caranya mengelola acara wisata, sekarang jadi semangat. Ini bisa jadi langkah awal kami untuk mandiri mengelola wisata desa ke depan,” ungkap Muhdar.
Dengan pendekatan kolaboratif seperti ini, kegiatan Open Trip di Tokonanaka dapat memperkenalkan keindahan alam pulau, sekaligus juga menghidupkan peran aktif pemuda dalam pariwisata. Bagi para pemuda, kegiatan seperti ini bisa menjadi awal permulaan dari bagaimana desa kecil bisa mengambil peran besar dalam membangun pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan.
Reportase : Muhammad Sidik Effendi/Tim KKN Saba Mortara
Penulis : Lintang Andwyna
Editor : Gusti Grehenson
Foto. : Dok.KKN Saba Mortara