
Universitas Gadjah Mada mengadakan Temu Orang Tua Mahasiswa Baru yang digelar secara daring dan luring di Grha Sabha Pramana, Bulaksumur, Senin (4/8). Kegiatan yang dihadiri ribuan orang tua mahasiswa baru ini dimaksudkan untuk mengajak para orang tua untuk bahu-membahu bersama universitas mendampingi dan mengawal proses pendidikan terbaik untuk putera dan puterinya dalam menggapai cita-cita. “Dukungan para orang tua mahasiswa akan menjadi energi positif bagi proses pendidikan putra-putri Bapak dan Ibu di masa mendatang. Atas nama pimpinan kami mengucapkan selamat datang, dan mengucapkan selamat atas keberhasilan putra putri bapak ibu masuk menjadi mahasiswa Universitas Gadjah Mada,” ujar Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Ova Emilia, Ph.D.
Rektor menyampaikan ucapan selamat pada orang tua karena berhasil menghantar putera dan puterinya lolos menjadi mahasiswa baru UGM. Sebab, mereka harus bersaing dengan menyingkirkan 19 calon mahasiswa lain untuk masuk UGM.
Momen pertemuan orang tua mahasiswa baru UGM dinilai Ova sebagai ruang silaturahmi dan dialog terbuka antara Universitas dengan orang tua wali mahasiswa. Harapannya dengan pertemuan ini menjadi suatu langkah awal membangun kolaborasi dalam mendukung keberhasilan studi mahasiswa baru. “Kami percaya bahwa keberhasilan itu bukan hanya buah kerja tunggal dari Universitas tetapi memerlukan kerja kolaboratif dari berbagai komponen, termasuk orang tua. Sehingga nantinya akan membentuk suatu ekosistem pembelajaran yang saling menopang satu sama lain dalam mewujudkan capaian prestasi akademik terbaik bagi mahasiswa,” terangnya.
Dalam kesempatan itu, Ova Emilia menyatakan UGM senantiasa memperkuat diri untuk membuka akses pendidikan bagi seluruh masyarakat Indonesia, termasuk yang memiliki kerentanan baik secara ekonomi, sosial, serta geografis. Di tahun 2025 ini, UGM membuat suatu program yang diberi nama Pre-Universitas. Program yang memberikan peluang bagi generasi muda yang berada di daerah tertinggal, terluar dengan menggunakan model seleksi berbeda dengan jalur reguler. “Karena jika menggunakan seleksi yang sama tentunya mereka tidak akan pernah bisa masuk dan belajar di Universitas Gadjah Mada,” jelasnya.
Menjalankan pendidikan bermartabat, kata Ova, UGM terus berkomitmen mendeklarasikan sebagai institusi pendidikan tinggi yang bebas dari kekerasan seksual, kekerasan lain, serta berbagai bentuk perundungan. UGM memandang penting pendidikan kesehatan mental, anti diskriminasi, dan ramah difabel. Oleh karena itu, UGM terus memperbaiki diri, memberikan pelayanan terbaik untuk para mahasiswa dan masyarakat Indonesia.
Hal senada disampaikan Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si selaku Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni. Menurutnya dunia kemahasiswaan merupakan bagian terpenting di dalam sukses penyelenggaran pendidikan dan pengajaran di UGM. Pengelolaan ekosistem pendidikan di UGM memiliki visi yaitu membangun tradisi inklusivitas, tradisi yang sehat, aman, ramah lingkungan dan juga mengembangkan culture yang tujuannya adalah agar memiliki tanggung jawab yang secara sosial sebagai upaya penyiapan dalam menghadapi arus perubahan baru.”Sukses itu tidak semata-mata dinilai di dalam lingkungan kelas tapi lebih dari itu bagaimana penyelenggaran UGM juga memperhatikan aspek-aspek di luar kelas. Visi UGM adalah menjadi pelopor perguruan tinggi nasional berkelas dunia sekaligus punya misi melaksanakan tridharma perguruan tinggi yang secara unggul dan bermanfaat bagi masyarakat,” ucapnya.
Ari menyampaikan UGM mengembangkan apa yang disebut dengan ekosistem yang inklusif. Sebagai kampus inklusif maka UGM berusaha untuk menjamin akses setara bagi semua, dan tidak ada alasan untuk melakukan praktek-praktek diskriminasi. UGM adalah milik bangsa Indonesia karenanya harus selalu hadir di berbagai tempat di Indonesia seperti dukungan program afirmasi untuk Mahasiswa 3T sekaligus yang difabel. “Jalur khusus masuk ke UGM seperti PBUB, Beasiswa KIPK dan afirmasi serta dukungan fasilitas fisik yang ramah disabilitas, UGM selalu berkomitmen untuk inklusifvtas tidak hanya diwujudkan di dalam praktek kita di dalam kultur keseharian”, ungkapnya.
Dalam temu orang tua ini juga diserahkan bantuan laptop untuk 5 mahasiswa baru UGM dengan UKT Subsidi 100 persen yang berasal dari berbagai jalur penerimaan. Bantuan laptop diterima 5 orang tua mahasiswa yaitu Siti Tarmini, orang Tua dari Nurhidayah Agata mahasiswa baru Fakultas Teknik dari jalur SNBT, Epi Yandri, orang Tua dari Dirgantara Fath Sulthan Alif mahasiswa baru Fakultas Psikologi berasal dari jalur PBUB Olahraga Tenis, Eny Nawangsih, orang tua dari Eifie Julian Hikmah penyandang difabel, mahasiswa baru Fakultas Ekonomika dan Bisnis berasal dari jalur seleksi PBUTM, Surati, orang Tua dari Devita Febrianisa mahasiswa baru FISIPOL berasal dari jalur PBUB Iptek Penulisan Ilmiah, dan Eny Setyawati, orang tua dari Adinda Yusria Rachma mahasiswa baru FKKMK berasal dari jalur penerimaan SNBP.
Epi Yandri selaku perwakilan orang tua mahasiswa baru menyampaikan rasa syukur dengan diterima putranya bisa diterima kuliah di Kampus UGM. Menurutnya, menjadi kebanggaan tersendiri bagi dirinya dan orang tua lainnya saat putra dan putri mereka dapat masuk ke universitas terbaik di Indonesia yang sudah menjadi impian bagi banyak anak muda lainnya. “Sebagai orang tua, kita juga patut bersyukur bisa menghantarkan anak-anak kita berhasil meraih suatu keinginan yang mulia, menjadi insan yang dapat berkontribusi bagi bangsa suatu saat kelak,” pungkasnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Firsto