
Tim Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada (UGM) menutup pengabdian mereka di Rote Barat, Rote Nda, Nusa Tenggara Timur, dengan menyelenggarakan Festival Budaya Suar Rote, Kamis (7/8). Kegiatan ini menjadi penanda berakhirnya masa tugas selama 50 hari sekaligus bentuk apresiasi terhadap masyarakat Desa Nemberala dan Bo’a yang menjadi lokasi KKN.
Mohammad Ridwan, Koordinator Unit KKN Rote Barat, menyampaikan bahwa kegiatan Festival Budaya Suar Rote ini merupakan hasil kolaborasi mahasiswa KKN UGM dengan berbagai elemen masyarakat dan pemerintah. “Selama KKN ini kami melaksanakan lebih dari 145 program kerja yang lahir dari dialog dengan pemerintah kabupaten, kecamatan, desa, Kagama NTT dan Kagama Rote, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh gereja,” jelasnya ketika diwawancara, Senin (11/8).
Bertempat di Lapangan Sepakbola Nemberala, festival dihadiri oleh ribuan warga yang antusias menyaksikan rangkaian pertunjukan seni budaya. Anak-anak dan pemuda Rote tampil membanggakan lewat tarian tradisional, puisi, lagu-lagu daerah, fashion show, lomba poster dan fotografi, dan storytelling kisah rakyat. Hal ini juga sebagai penutup program kerja yang mencakup bidang kesehatan, pendidikan, UMKM, pariwisata, peternakan, pertanian, hingga vaksinasi ternak babi.
Dalam penyelenggaraan festival ini, tim KKN ini mendapatkan apresiasi yang datang dari berbagai pihak, termasuk Pj Kepala Desa Nemberala dan Bo’a serta Sekretaris Camat Rote Barat yang menyampaikan rasa terima kasih dan harapan agar KKN UGM dapat kembali hadir di tahun-tahun berikutnya. “Kami berharap program ini terus berlanjut. Kami sangat terbuka menerima mahasiswa UGM kembali ke Rote Barat,” ujar Sekcam.
Dr. Heri Santoso selaku Dosen Pembimbing Lapangan turut menyampaikan kesan mendalam atas antusiasme warga. Ia juga menekankan bahwa program yang telah dijalankan oleh tim KKN ini dinilai sangat relevan dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Dalam sambutannya yang diselingi humor, ia menyapa hadirin dengan pertanyaan reflektif yang dijawab meriah. “Kalau mahasiswa merasa senang di Rote, bagaimana kalau tidak jadi ditarik pulang saja?” ujarnya disambut gelak tawa.
Menjelang akhir acara, Ridwan mengatakan bahwa suasana disana berubah semakin haru. Mahasiswa dan warga saling berpelukan, menitikkan air mata, dan menari bersama sebagai simbol perpisahan yang sarat makna. Festival ini bukan sekadar menjadi sebuah pesta budaya, tetapi juga penanda kuatnya jalinan antara universitas dan masyarakat. “Dari wilayah paling selatan Indonesia ini, kami mahasiswa UGM belajar bahwa pengabdian dapat menjadi jalan cinta untuk membangun negeri,” kata Ridwan.
Penulis : Lintang Andwyna
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Tim KKN PPM Rote Barat