
Ratusan peneliti muda dari berbagai perguruan tinggi berbagi pengalaman dan kisah insiprasi terkait riset yang tengah digelutinya dalam Merck Young Scientist Roadshow 2025 di Auditorium Gedung A LPPT UGM, Selasa (12/8). Mengusung tema Talks on Campus – Innovation, Collaboration & Advances in Life Science Research, kegiatan ini merupakan hasil kerja sama PT Merck Chemicals and Life Sciences dengan LPPT UGM yang diisi dengan seminar, talkshow, dan lab tour interaktif. “Acara ini merupakan platform yang kami rancang sebagai Inspiring Day of Science, Innovation and Discovery dengan kesempatan untuk terkoneksi dengan para expert dan berbagai pihak,” ujar Diasti Lastarini, Head of Commercial Science and Lab Solution Indonesia, Merck.
Mewakili Kepala LPPT UGM, Dr.med.vet.drh. Hevi Wihadmadyatami, M.Sc. menyampaikan bahwa perkembangan teknologi stem cell dan cell culture telah membuka peluang besar bagi dunia kesehatan, mulai dari regenerasi jaringan hingga pengobatan penyakit degeneratif. Ia menegaskan bahwa perkembangan ini tidak hanya berdampak pada dunia medis, tetapi juga mendorong penguatan ekosistem riset yang lebih terintegrasi. Menurutnya, kegiatan seperti ini menjadi momentum strategis untuk mengakselerasi transfer teknologi dari laboratorium menuju penerapan di industri. “Acara hari ini menjadi ajang ideal bagi peneliti, industri, dan regulator untuk memperkuat sistem inovasi kita,” ungkapnya.
Sesi pertama bertajuk Advancing Stem Cell-Based Therapy: Bridging In Vitro and In Vivo Studies for Translational Readiness menghadirkan Taufik Indarmawan, Solution Scientist for Biology Merck, dan dr. Dwi Aris Agung Nugrahaningsih, M.Sc., Ph.D., Koordinator Penelitian Farmakologi dan Terapi FK-KMK UGM. Dalam paparannya, Taufik mengulas secara rinci tahapan riset cell culture mulai dari isolasi, pembiakan, hingga karakterisasi sel untuk memastikan kualitas dan kemurniannya. Ia juga memaparkan potensi penggunaan teknologi robotik untuk meningkatkan akurasi dan konsistensi hasil penelitian di bidang ini. “Robotik bukan untuk menggantikan peneliti, tetapi untuk membantu agar riset lebih konsisten dan data lebih valid,” jelasnya.
Dwi Aris melanjutkan dengan menguraikan potensi stem cell sebagai solusi perbaikan kerusakan organ akibat penyakit kronis seperti stroke, serangan jantung, dan diabetes. Ia memaparkan bahwa stem cell memiliki kemampuan unik untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel dan memperbaiki jaringan yang rusak. Selain itu, ia mengajak audiens untuk memahami perbedaan karakteristik antara stem cell embrionik, dewasa, dan induced pluripotent stem cell (iPSC) dalam konteks aplikasinya di dunia medis. “Stem cell memberikan harapan supaya kerusakan yang selama ini hanya bisa diatasi gejalanya, dapat diperbaiki di titik masalahnya,” tuturnya.
Selain sesi pertama, rangkaian acara berlanjut dengan dua sesi talkshow lainnya yang mengupas kekuatan kolaborasi riset dan proses research and development (R&D) di bidang farmasi. Pada sesi kedua, bertema Not a Solo Mission: The Power of Collaboration in Research, Dr. Eng. Sjaikhurrizal El Muttaqien, S.Si., M.Eng., pemenang pertama Merck Young Scientist Award 2023, bersama Dr.med.vet.drh. Hevi Wihadmadyatami, M.Sc., membagikan pengalaman nyata tentang bagaimana sinergi lintas disiplin mempercepat hilirisasi hasil riset. Mereka menekankan bahwa kerja sama strategis dapat membuka peluang pembiayaan, pertukaran pengetahuan, dan akses teknologi yang lebih luas.
Sesi ketiga bertema R&D and Production in Pharma: From Drug Discovery to Market menghadirkan Dr. Manvi Porwal dan Ivander Yeremia Simanungkalit yang memaparkan proses panjang pengembangan obat, mulai dari penemuan molekul, uji laboratorium, produksi skala industri, hingga distribusi ke pasar global. Mereka juga menjelaskan bahwa setiap tahap memerlukan koordinasi erat antara tim riset, produksi, dan regulasi untuk memastikan kelancaran proses menuju pasar. Selain itu, perkembangan teknologi manufaktur modern dinilai mampu mempercepat waktu produksi tanpa mengurangi kualitas produk. Para narasumber menyoroti pentingnya standardisasi, uji mutu, dan kepatuhan regulasi internasional untuk menjamin keamanan serta efektivitas produk farmasi.
Usai talkshow, peserta diajak mengikuti demo interaktif di Mini Booth Inovasi Merck yang menampilkan berbagai perangkat riset mutakhir, seperti TLC Explorer dan Luminex, serta tur laboratorium LPPT UGM untuk melihat langsung fasilitas pengujian. Kegiatan ini menjadi kesempatan bagi peserta untuk berinteraksi langsung dengan para ahli dan mencoba teknologi yang biasanya hanya digunakan di lingkungan riset profesional. Banyak peserta yang memanfaatkan momen ini untuk bertanya dan berdiskusi mengenai potensi penerapan alat-alat tersebut di bidang penelitian mereka. Antusiasme peserta semakin terasa saat pengumuman pemenang doorprize dan kompetisi unggahan Instagram, sebelum acara ditutup dengan closing statement dari Head of Pharma, Biotech, & Academia – Merck, Ilma Equilibrina, Ph.D., yang berharap kegiatan ini dapat menjadi titik awal kolaborasi yang berkelanjutan antara industri dan akademisi.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Donnie