
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Ali Ghufron Mukti, mengatakan sistem jaminan kesehatan nasional bertumpu pada nilai gotong royong yang telah menjadi ciri khas masyarakat. Ia menyampaikan bahwa keberhasilan jaminan kesehatan ini merupakan salah satu contoh nyata praktik solidaritas sosial di Indonesia. Konsep tersebut, menurutnya, telah menjadi fondasi penting dalam menjaga keberlanjutan layanan kesehatan bagi seluruh warga. “Indonesia memiliki kekuatan nilai gotong royong yang menjadi dasar berkembangnya BPJS Kesehatan dan menjadikannya lembaga not for profit yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat,” ungkapnya dalam Kuliah Umum yang bertajuk “Perkembangan BPJS Kesehatan di Era Ketidakpastian Ekonomi Global & Strategi BPJS Kesehatan dalam Era Tersebut”,Kamis (21/8), di Auditorium BRI, Gedung MD FEB UGM.
Ali Ghufron juga menjelaskan bahwa capaian BPJS Kesehatan telah mendapat pengakuan dari dunia internasional. Menurutnya, keberhasilan Indonesia memperluas cakupan jaminan kesehatan merupakan rekor tersendiri di antara banyak negara. Prestasi ini sekaligus menunjukkan komitmen pemerintah dalam memperluas akses kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. “Indonesia bahkan lebih cepat dari Korea Selatan yang butuh 12 tahun, karena kita mampu menjangkau seluruh penduduk hanya dalam 10 tahun,” jelas Ghufron.
Selain itu, Ghufron menekankan pentingnya inovasi digital dalam transformasi layanan kesehatan. Ia menyebutkan bahwa teknologi informasi menjadi tulang punggung untuk memastikan layanan semakin mudah diakses masyarakat. Kehadiran aplikasi digital juga diyakini mampu menekan hambatan administratif yang kerap menjadi kendala bagi peserta. “Peserta kini cukup menggunakan KTP atau aplikasi Mobile JKN untuk berbagai layanan dengan prinsip mudah, cepat, dan setara,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ghufron turut mengajak sivitas akademika UGM untuk berperan aktif dalam penelitian di bidang kesehatan. Data masif yang dimiliki BPJS Kesehatan, menurutnya, dapat dimanfaatkan sebagai sumber penelitian yang bernilai tinggi. Dengan demikian, kampus dapat ikut serta dalam memperkuat sistem jaminan sosial melalui riset-riset berbasis data. “BPJS Kesehatan setiap hari merekam lebih dari dua juta data transaksi yang bisa digunakan mahasiswa maupun peneliti untuk menghasilkan karya ilmiah yang bermanfaat,” terang Direktur.
Lebih lanjut, Ghufron menyoroti tantangan global yang dihadapi sistem kesehatan, termasuk dinamika ekonomi dan perubahan perilaku masyarakat. Ia menegaskan bahwa sinergi lintas sektor, baik pemerintah, akademisi, maupun swasta, sangat dibutuhkan untuk menjaga keberlanjutan BPJS Kesehatan. Kolaborasi tersebut diyakini mampu menghadirkan solusi strategis bagi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. “Isu keberlanjutan tidak bisa ditangani satu pihak saja, melainkan harus menjadi gerakan bersama agar jaminan kesehatan nasional tetap kokoh,” tegasnya.
Menutup kuliah umum, Direktur Utama ini menegaskan bahwa BPJS Kesehatan merupakan salah satu instrumen penting perlindungan sosial di Indonesia. Ia menilai bahwa keberadaan BPJS telah mengurangi beban biaya kesehatan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut menjadi bukti nyata kontribusi BPJS Kesehatan dalam pembangunan nasional. “BPJS Kesehatan memastikan orang sakit tidak dilarang berobat dan orang miskin tidak lagi terbebani biaya, asalkan menjadi peserta aktif,” pungkasnya.
Dekan FEB UGM, Prof. Didi Achjari, mengatakan kuliah umum yang disampaikan oleh Dirut BPJS Kesehatan dihadapan dosen, mahasiswa program magister dan doktor, serta tamu undangan dari berbagai institusi menjadi momen penting untuk memperkaya wawasan akademik. “Kita mengapresiasi beliau berkenan berbagi pengalaman terkait perkembangan BPJS Kesehatan dan kontribusinya bagi bangsa,” kata Didi.
Penulis : Triya Andriyani
Foto : Dok. FEB UGM