
Jagat media sosial kembali diramaikan oleh isu soal ompreng (wadah makanan) atau food tray yang pada menu Makan Bergizi Gratis (MBG) ditengarai mengandung bahan berbahaya, termasuk kandungan minyak babi. Atas dugaan ini, Badan Gizi Nasional (BGN) tengah memeriksa lebih lanjut untuk memastikan kebenarannya. Pasalnya produk ompreng ini diimpor dari Chaoshan, China.
Pakar UGM di bidang analisis kehalalan produk, Prof. Dr. Abdul Rohman, S.F., M.Si., Apt., menyebutkan kemungkinan kandungan minyak babi dalam ompreng tersebut dijadikan sebagai komponen pelemas. “Bisa saja lemak babi ini dijadikan sebagai komponen pelemas sebagai bahan campuran untuk minyak yang lain, misal minyak mineral,” ungkapnya pada Kamis (28/8).
Abdul Rohman tidak menanggapi lebih jauh soal kandungan minyak babi dalam ompreng di menu MBG, pasalnya kasus ini tengah tengah diselidiki oleh tim BGN setelah muncul di media sosial yang mengutip dari laporan Indonesia Business post yang melakukan investigasi di kawasan eksportir ompreng untuk MBG di Indonesia. Diketahui sekitar 30-40 pabrik yang memproduksi ompreng makanan untuk pasar global.
Namun Abdul turut menjelaskan tahapan untuk mendeteksi kandungan minyak babi pada sebuah wadah makanan. Menurutnya untuk mendeteksi yang diperlukan adalah ekstraksi. “Pertama-tama dilakukan ekstraksi sehingga lemak babi dapat terekstraksi dan selanjutnya dianalisis dengan metode tertentu,” jelasnya.
Adapun metode yang kerap digunakan yaitu dengan menggunakan kromatografi gas yang dilengkapi dengan detektor spektrometer massa (GC-MS) untuk mengidentifikasi asam-asam lemak yang ada. “Asam-asam lemak yang diperoleh dilakukan semacam perbandingan dengan asam lemak yang teridentifikasi dalam lemak babi,” kata Dosen Fakultas Farmasi UGM ini.
Abdul pun menuturkan bahwa selain metode GC-MS, metode yang dapat digunakan adalah dengan LC-HRMS melalui identifikasi penanda lemak babi. “Metode ini umumnya lebih banyak digunakan oleh para ahli,” ujarnya.
Penulis : Salwa
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Jawapos