
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan meningkatnya kebutuhan terhadap informasi yang akurat, peran ilmu Geodesi menjadi semakin strategis. Pasalnya, teknologi penerapan sistem koordinat dan sistem referensi geospasial yang akurat memainkan peran esensial dalam berbagai bidang. Hal ini disampaikan oleh Dosen Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik UGM, Prof. Ir. Nurrohmat Widjajanti, M.T., Ph.D., IPU, ASEAN Eng., APEC Eng. pada pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam Geodesi Geometri, Kamis (4/9), di ruang Balai Senat UGM.
Dalam upacara pengukuhan Guru Besar, Widjajanti menyampaikan pidato yang berjudul “Dari Titik ke Peta: Kontribusi Sistem Koordinat dan Sistem Referensi dalam Tata Kelola Data Geospasial untuk Mendukung Kebijakan Pembangunan yang Berkelanjutan”. Ia menyampaikan ilmu Geodesi Geometri merupakan bagian dari ilmu Geodesi yang membahas secara matematis dan geometris tentang bentuk dan ukuran bumi. Sebab, representasi bumi yang digunakan setiap wilayah atau negara, bahkan pada periode waktu yang berbeda, tidak selalu sama. Akibatnya, posisi suatu titik di permukaan bumi yang diukur dalam dua sistem referensi berbeda dapat menghasilkan nilai koordinat yang tidak identik. “Pemahaman mendalam dan penggunaan yang tepat terhadap sistem proyeksi serta skala peta sangat penting agar data geospasial yang dihasilkan akurat,” katanya.
Penerapan sistem koordinat dan sistem referensi geospasial yang akurat memainkan peran esensial dalam berbagai bidang. Di Indonesia, ujarnya, salah satu contohnya adalah pada pengoperasian proyek strategis nasional seperti Tol Laut dan Pelabuhan Patimban di Jawa Barat. Aplikasi peta digital seperti layanan transportasi daring, mencari lokasi terdekat dalam teknologi seluler juga menunjukkan bagaimana sistem koordinat geodetik menjadi pondasi utama bagi teknologi pelacakan lokasi yang kini digunakan secara luas.
Lebih lanjut, Widjajanti mengatakan bahwa ketidaksesuaian antara sistem yang digunakan oleh berbagai pihak dapat menyebabkan kesalahan posisi yang signifikan. Beberapa bentuk konflik yang ia sampaikan antara lain adanya tumpang tindih atau salah penempatan lokasi di peta, sengketa batas wilayah, konflik yang muncul dalam proses perizinan dan pemanfaatan lahan, dan ketidaksesuaian data geospasial. “Ketidakcocokan sistem navigasi dan kesalahan dalam analisis geospasial juga sering terjadi akibat penggunaan data dari sumber yang berbeda sistem referensinya,” katanya.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan terhadap akurasi data geospasial dalam berbagai bidang teknik dan infrastruktur, tantangan dalam memperoleh dan menganalisis data dengan ketelitian tinggi menjadi sangat kompleks. Hal ini terutama dirasakan dalam bidang pemantauan deformasi struktur, yang mana pergeseran atau perubahan posisi sekecil apapun dapat berpengaruh besar terhadap keamanan dan stabilitas bangunan.
Perbedaan sistem koordinat dan sistem referensi geospasial dalam ilmu Geodesi menuntut langkah-langkah strategis yang simultan dan terintegrasi. Widjajanti menegaskan penguatan pendidikan di bidang Geodesi menjadi kunci dalam membekali lulusan dengan fondasi teoritis yang kuat. “Kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan industri perlu ditingkatkan untuk membangun sistem referensi geospasial yang konsisten, interoperable, dan taat asas, agar data geospasial dapat dimanfaatkan bersama secara optimal lintas sektor,” ujarnya.
Sekretaris Dewan Guru Besar UGM, Prof. Dr. Wahyudi Kumorotomo, M.P.P., menyampaikan bahwa Prof. Nurrohmat Widjajanti merupakan satu dari 543 Guru Besar yang dimiliki oleh UGM, dan di tingkat fakultas merupakan salah satu dari 88 Guru Besar Aktif dari 108 Guru Besar pernah yang dimiliki oleh Fakultas Teknik UGM.
Penulis : Lintang Andwyna
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto