Mahasiswa Prodi S3 Teknik Sipil UGM, Roby Hambali, mengembangkan model peramalan hujan jangka pendek berbasis hujan radar menggunakan metode High-Resolution Pixel-based QPN using PLKOF atau model HPLK.
Penelitian yang ia lakukan difokuskan pada wilayah lereng Gunung Merapi yang memiliki karakteristik topografi dan iklim yang khas. Informasi distribusi spasial hujan jangka pendek melalui proses peramalan sangat dibutuhkan untuk aplikasi yang berhubungan dengan upaya mitigasi banjir lahar.
“Jika peramalan hujan jangka pendek dapat dilakukan dengan akurasi yang tinggi maka hasilnya menjadi kontribusi yang sangat berarti bagi pengembangan sistem peringatan banjir lahar,” terangnya pada ujian terbuka yang berlangsung Kamis (16/1).
Pada saat hujan lebat, deposit sedimen di Gunung Merapi dapat terangkut oleh limpasan permukaan menjadi lahar dingin dalam jumlah yang besar dan cepat sehingga menimbulkan bencana banjir yang dapat memberikan dampak kerusakan pada lingkungan yang dilaluinya.
Aliran lahar, jelasnya, dapat terjadi apabila dipicu oleh hujan dengan kriteria tertentu. Ia menyebut temuan salah satu kajian yang menetapkan ambang minimum intensitas hujan pemicu lahar sebesar 9 mm/jam.
Perangkat radar X-band MP Merapi yang dipasang melalui program kerja sama antara pemerintah Jepang dan Indonesia selama ini baru dimanfaatkan untuk pemantauan data hujan.
“Untuk itu, pengembangan model peramalan hujan jangka pendek menggunakan data radar X-band MP Merapi menjadi sangat relevan untuk dilakukan,” ucapnya.
Penggunaan data radar X-band Multiparameter dapat memberikan manfaat yang signifikan pada model peramalan hujan jangka pendek. Namun demikian, evaluasi dan koreksi perkiraan hujan radar terhadap hujan permukaan tetap harus dilakukan terlebih dahulu mengingat adanya sumber-sumber kesalahan pada perkiraan nilai hujan radar.
“Ada tiga isu utama untuk didiskusikan, yaitu karakteristik hujan durasi pendek di wilayah Gunung Merapi, kesesuaian nilai hujan radar terhadap hujan permukaan, serta bentuk model peramalan yang tepat untuk karakteristik wilayah pegunungan dengan karakteristik yang khas,” papar Roby.
Pengembangan model peramalan hujan jangka pendek HPLK, ujarnya, telah dapat diselesaikan dengan baik. Algoritma yang digunakan untuk pelacakan gerakan hujan dengan metode PLKOF menunjukkan hasil yang baik, terutama untuk perpindahan yang kecil.
“Model peramalan hujan jangka pendek yang dihasilkan dari penelitian ini sangat potensial diterapkan untuk aplikasi-aplikasi yang berhubungan dengan peringatan banjir lahar di wilayah Gunung Merapi,” ungkapnya,
Namun demikan, ia mengakui bahwa beberapa langkah penyempurnaan masih perlu dilakukan sebelum model benar-benar dapat digunakan untuk keperluan praktis. Penerapan model pada wilayah lain perlu mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain kesamaan karakteristik wilayah dan kesamaan karakteristik data hujan radar. (Humas UGM/Gloria)