
Prestasi membanggakan kembali ditorehkan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Kali ini datang dari komunitas Reactics Chem-E-Car atau komunitas prototipe Mobil Kimia UGM berhasil mengukir capaian dalam ajang kompetisi regional Chem-E-Car di GOR UGM, Minggu (31/8) lalu. Tim Reactics berhasil meraih 1st Place in Race Competition, 2nd Place in Poster Competition, dan penghargaan Best Video Profile Competition. Dengan begitu, tim ini berhak melaju ke AIChE Annual Student Conferences Chem-E-Car Competition yang akan diselenggarakan di Boston, Amerika Serikat pada November mendatang.
Tim UGM terdiri tada Thomas Aquino Widaya Putra atau akrab disapa Nino, mahasiswa Prodi Teknik Kimia angkatan 2022, Rafa Haidar Wicaksana (Departemen Teknik Mesin dan Industri), beranggotakan Ikhlasul Amal Abda’i (Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika), Akmal Argiyanto Pratama (Departemen Teknik Kimia), Ariyo Favian Tamim (Departemen Teknik Mesin dan Industri), Bintang Ramadhan (Departemen Teknik Kimia), serta Muhammad Andriano Hasnam (Departemen Teknik Nuklir dan Fisika) sebagai manajer tim.
Tim Reactics menghadirkan prototipe mobil kimia dengan konsep yang unik dan inovatif. Mobil kimia ini memanfaatkan gas CO₂ sebagai sumber energi yang dihasilkan dari reaksi asam-basa antara asam asetat dan natrium bikarbonat. Reaksi ini bersifat endotermik, sehingga membutuhkan pemicu eksternal. “Gas CO₂ yang digunakan pun tergolong aman dan stabil karena tidak mudah terbakar seperti gas O₂,” tutur Akmal, Rabu (10/9), di Kampus UGM.
Keunikan lain juga terlihat dari sistem stopping-nya. Tim Reactics memanfaatkan sensor cahaya dengan prinsip turbiditas atau kekeruhan yang muncul karena adanya akumulasi sulfur sebagai produk dari reaksi natrium tiosulfat dan asam sulfat. Kondisi keruh tersebut membuat cahaya yang menembus sensor semakin sedikit di akhir reaksi, dan pada titik itulah mobil akan berhenti.
Nino menyampaikan perjalanan Reactics ke tingkat internasional bukanlah hal instan, melainkan hasil konsistensi sejak 15 generasi. Setiap tahun, tim ini selalu mengupayakan agar bisa berpartisipasi di ajang internasional, seperti yang pernah diadakan di Jerman, Malaysia, dan Amerika Serikat. “Persiapan tidak hanya teknis, tetapi juga strategi pendanaan dan keberangkatan tim. Berkat kerja sama tim dan dukungan fakultas, universitas, serta sponsor, kami akhirnya mampu menembus kompetisi internasional,” tuturnya,Meski demikian, tantangan besar tetap mereka hadapi. Salah satunya keterbatasan waktu karena banyak anggota tim yang bersamaan mengikuti program KKN. “Solusi yang kami lakukan adalah membagi waktu seefektif mungkin, menyusun jadwal kerja yang ketat, serta membagi tugas sesuai keahlian masing-masing anggota. Dengan disiplin dan komitmen, mobil berhasil diselesaikan tepat waktu,” ungkap Nino.
Ia menuturkan bahwa Momen yang paling berkesan, lanjutnya, adalah seminggu menjelang lomba ketika tim bekerja intensif siang dan malam. “Walaupun melelahkan, justru momen tersebut mempererat hubungan antar anggota tim dan menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat. Suasana penuh canda, kerja keras, dan semangat kolektif menjadi pengalaman yang tak terlupakan,” ujarnya.
Nino mengaku ketertarikannya untuk bergabung di komunitas Chem-E-Car karena atmosfernya yang kompetitif dan sarat pengalaman. “Reactics sangat kompetitif dengan semua lomba yang diikuti, banyak insight serta pengalaman yang bisa diperoleh. Selain itu, komunitas ini menjadi wadah untuk mengembangkan kemampuan teamwork, problem solving, dan kreativitas dalam merancang solusi,” jelasnya.
Lolos membawa nama kampus di kompetisi internasional, Nino berharap timnya mampu menghasilkan prestasi terbaik untuk. “Kami bangga bisa menjadi bagian dari Reactics Chem-E-Car UGM yang membawa nama universitas dan Indonesia ke kancah internasional,” pungkasnya.
Penulis : Kezia Dwina Nathania
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Tim Reactics UGM