Fakultas Peternakan UGM tengah mengembangkan sapi GaMa atau singkatan dari Gagah dan Macho yang merupakan hasil perkawinan silangan dari tiga jenis sapi secara bersamaan, yakni sapi Belgian Blue, Wagyu dan Brahman. Ketiga jenis sapi memiliki keunggulan masing-masing. Sapi Belgian Blue misalnya dikenal dengan sapi yang memiliki bobot yang besar dan berotot, Sapi Wagyu memiliki daging yang enak dan empuk, sedangkan Sapi Brahman memiliki lambung yang besar dan adapatif dengan ligkungan tropis.
“Kita targetkan pengembangan sapi GaMa ini selesai dalam 20 tahun, sekarang sudah jalan sekitar 6 tahun dengan umur dua tahun bobotnya mencapai 550-600 kilogram,” kata Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, kepada wartawan, Senin (13/1).
Lamanya proses pengembangan sapi GaMa ini, menurut Ali Agus, sangat wajar untuk mendapatkan turunan sapi yang stabil dengan berbagai data yang bisa didapatkan. “Sementara kita belum punya data kualitas karkas, kualitas daging, sebab kita belum memotong sapi tersebut sampai menghasilkan tingkatan turunan yang diinginkan,” katanya.
Untuk sementara ini berdasarkan data yang dikumpulkan dari tim peneliti, kata Ali Agus, berat bobot sapi ini jauh lebih besar dibanding dengan sapi lokal. “Selisih dengan sapi cross lainnya capai 100 kilogram,” katanya
Ali agus menggambarkan untuk sapi jenis cross lainnya memerlukan umur sekitar 3-4 tahun agar bisa mendapatkan bobot ideal agar bisa dipotong. Sebaliknya sapi GaMa, nenurutnya, di umur tiga tahun bisa memiliki bobot sekitar 900 kilogram.
Dia menyebutkan saat ini sudah ada sekitar 200 ekor sapi GaMa yang sudah dikembangkan yang selanjutnya akan terus dipelihara dan dikawin silangkan agar mendapatkan turunan sapi dengan genetik yang lebih baik dan stabil. Namun begitu, pengembangan sapi ini bekerja sama dengan mitra agar pemenuhan pakan dan pengawasan lebih terkontrol.
Pusat pengembangan sapi Gama ini berada di bengkel sapi dan ditempatkan Instalasi Bengkel Sapi CV Berkah Andini Lestari yang berada di Widodomartani, Ngemplak Sleman dan PT Widodo Makmur Perkasa (WMP), Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Selama masa pengembangan, sapi GaMa ini mendapatkan pakan khusus yang berasal dari limbah pertanian yang menggunakan formula multifunctional feed additive yang mengandung mineral, vitamin immunomodulator dan ekstrak herbal.
Menjawab pertanyaan wartawan, apabila pengembangan sapi ini berhasil dan terbukti menghasilkan jenis sapi dengan keunggulan bobot dan daging yang lebih berkualitas bisa untuk dikembangbiakan untuk mendorong peningkatan produksi daging di tanah air. “Tujuannya membantu dan menambah suplai produksi daging. Kita ini membutuhkan pasokan daging, rata-rata satu ekor sapi kita selama ini hanya mampu hasilkan 100-150 kilogram,” katanya.
Waluyo (54), koordinator pengelola bengkel sapi Berkah Andini Lestari, mengatakan sebanyak tiga ekor sapi GaMa yang mereka pelihara diperlakukan seperti sapi-sapi lainnya. Namun begitu, sapi untuk penelitian ini mendapatkan pakan fermentasi khusus dari penelitinya dengan menggunakan pakan hijauan dan konsentrat fermentasi yang mengandung probiotik. “Pakannya kita namakan Saus Burger Pakan,” ujarnya.
Untuk satu ekor sapi GaMa, kata Waluyo, menghabiskan sebanyak 15 kilogram pakan. Menurut pengamatannya, sementara anakan dari sapi-sapi Gama ini memiliki karakter dominan dari sapi belgian blue yang memiliki otot ganda dan sedikit agak liar. (Humas UGM/Gusti Grehenson)