
Upaya menjadikan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai pusat wellness tourism atau wisata kebugaran terus diperkuat melalui sinergi akademisi, praktisi medis, dan pelaku olahraga. Dengan kolaborasi lintas disiplin dan dukungan akademik, Yogyakarta diharapkan tak hanya menjadi kota sehat, tetapi juga rujukan nasional bagaimana kesehatan dan pariwisata dapat bersinergi menuju masa depan yang berkelanjutan.
Hal itu mengemuka dalam Webinar Penanganan Cedera pada Olahraga dan Diseminasi Ilmiah Magister Ilmu Biomedik dalam Pengembangan Wisata Kebugaran, Rabu (10/9). Webinar yang dilaksanakan oleh Pusat Kedokteran Herbal UGM, Program Magister Ilmu Biomedik FK-KMK UGM, serta Perhimpunan Pembina Kesehatan Olahraga Indonesia (PPKORI) DIY dalam rangka memperingati Hari Olahraga Nasional, menghadirkan beberapa orang pembicara, diantaranya Prof. Denny Agustiningsih, selaju Ketua prodi Pendidikan Dokter FK-KMK UGM sekaligus Sekretaris PPKORI DIY, Dosen Departemen Bedah FK-KMK UGM Dr. dr. Yudha Mathan Sakti, dan Ketua Indonesia Sport Nutritionist Association Dr. Mirza Hapsari Sakti Titis P., S.Gz., Dietisien, serta Dr. Arko Jatmiko Wicaksono, dosen Departemen Farmakologi dan Terapi FKKMK UGM.
Denny Agustiningsih, menekankan bahwa wisata kebugaran yang aman harus diawali dengan pemahaman terhadap kondisi tubuh masing-masing individu. Menurutnya, bukan hanya soal kemampuan fisik, tetapi juga kesiapan mental, hidrasi, gizi seimbang, dan tidur cukup. “Semua itu menjadi fondasi agar aktivitas olahraga memberi manfaat dan bukan cedera,” katanya.
Ketua PPKORI DIY, dr. Santosa Budiharjo, M.Kes., PA(K), menambahkan bahwa wellness tourism bisa menjadi kekuatan ekonomi baru DIY apabila ditopang dengan regulasi dan edukasi yang tepat. Hal senada juga diungkapkan oleh Wakil Dekan Bidang Kerja Sama, Alumni, dan Pengabdian kepada Masyarakat FK-KMK UGM, Dr. dr. Sudadi, menegaskan bahwa UGM siap mendukung Yogyakarta sebagai destinasi unggulan wisata kesehatan. Hal ini sejalan dengan Rencana Strategis Academic Health System (AHS) FKKMK UGM 2025–2029 yang mengintegrasikan pendidikan, penelitian, dan layanan kesehatan.
Selain memperkuat edukasi publik, kata Sudadi, kegiatan webinar ini juga merumuskan rekomendasi praktis, baik bagi pengelola wisata maupun peserta wisata kebugaran. Pengelola diimbau menyiapkan informasi syarat fisik peserta, menyediakan alternatif olahraga sesuai kondisi, serta memastikan ketersediaan hidrasi di setiap titik kegiatan.
Yudha Mathan Sakti, dalam pemaparannya menyoroti fenomena weekend warrior, yakni orang-orang yang hanya aktif berolahraga di akhir pekan tanpa persiapan memadai. Ia mengingatkan bahwa meskipun resiko cedera tinggi, penerapan upaya pencegahan, manajemen cedera, serta rehabilitasi efektif dapat membantu meminimalkan risiko tersebut sekaligus mendukung pengembangan wellness tourism.
Sementara Mirza Hapsari Sakti Titis menegaskan bahwa pola makan, konsumsi sport food, hingga suplementasi memegang peran penting dalam pemulihan pasca aktivitas dan pencegahan cedera berulang. Sedangkan Arko Jatmiko Wicaksono, M.Sc., menekankan pentingnya pemilihan obat yang tepat dan sesuai regulasi, khususnya bagi atlet profesional yang terikat aturan Badan Anti-Doping Dunia (WADA) maupun IADO.
Penulis : Kezia Dwina Nathania
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Freepik