
Tiara Putri, mahasiswi asal Yogyakarta yang menempuh program double degree doktoral di Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, dan Department of Molecular Genetics and Infection Biology, University of Greifswald, Jerman berkesempatan mengikuti 77th Annual Conference of The German Society for Hygiene and Microbiology di Jena, Jerman pada 22-24 September lalu. Konferensi ini merupakan salah satu konferensi mikrobiologi paling bergengsi di Eropa.
Ia melakukan presentasi dengan posternya yang berjudul “Impact of pneumolysin, hydrogen peroxide, and Streptococcus pneumoniae strains on blood–CSF barrier integrity in a human choroid plexus co-culture model”, sebuah riset yang memberikan wawasan baru mengenai mekanisme Streptococcus pneumoniae (salah satu bakteri patogen pada manusia), dalam merusak integritas sistem blood-cerebrospinal fluid barrier.
Konferensi yang diikuti 188 peserta dari berbagai negara, Tiara bersyukur terpilih sebagai salah satu dari lima orang yang menerima penghargaan Poster Prize. “Bersyukur, saya bisa mendapat penghargaan untuk poster riset saya,” kata Tiara, Senin (29/9).
Tiara mengaku, riset yang ia lakukan tidak lepas dari pengalamannya yang tengah menempuh pendidikan S3 gelar ganda sehingga kesempatan untuk belajar dalam dua lingkungan akademik yang berbeda. Menurutnya, pendidikan S3 di Fakultas Biologi UGM yang memberikan fondasi kuat dalam ilmu biologi. Sementara di University of Greifswald, ia bisa memperdalam riset dengan fasilitas modern, serta kolaborasi dengan para profesor dari berbagai macam instansi penelitian di Jerman. “Kombinasi ini membuat saya berkembang, tidak hanya dari sisi keilmuan, tetapi juga dalam cara berpikir kritis, kolaborasi lintas budaya, dan resiliensi,” ujarnya.
Meski memiliki kesempatan menjalani pendidikan di dua kampus sekaligus, namun Tiara tidak berpuas diri, ia konsisten menekuni studi risetnya bisa berkontribusi pada pemahaman lebih dalam tentang patogenesis pneumococcal meningitis, serta membuka peluang bagi strategi tarapeutik di masa depan. “Saya Ingin rosetini bisa bermanfaat dan berdampak di masa depan,” katanya
Tiara mengaku tidak mudah baginya dalam membagi waktu dalam menjalani pendidikan dan riset serta kewajibannya sebagai orang tua tunggal di negeri orang. Menurutnya, membagi waktu antara riset dan tanggung jawab sebagai orang tua tunggal di Jerman adalah tantangan terbesar. Dia mengaku beruntung, dalam konferensi kemarin, panitia menyediakan fasilitas penitipan anak gratis selama tiga hari konferensi dengan pengasuhan oleh Tagesmutter (Pengasuh anak profesional) sehingga Tiara bisa mengikuti sesi ilmiah dengan tenang. “Saya bisa lebih fokus menjalani mengikuti sesi konferensi dengan baik,” ujarnya.
Tiara merasa terkesan dengan konsep konferensi internasional yang ramah keluarga yang ada di Jerman dan adanya pemahaman kebutuhan peneliti yang tentunya merupakan orang tua dari anak-anak. “Saya kira ini poin yang menunjukkan bahwa penelitian dan keluarga bisa berjalan beriringan bila ada dukungan yang tepat,” terangnya.
Di akhir wawancara, ia berpesan kepada para mahasiswa dan peneliti muda untuk jangan ragu dalam mewujudkan mimpi besar menjalin kolaborasi riset secara internasional. “Tantangan pasti ada, tetapi dengan kerja keras, dukungan akademik yang solid, dan lingkungan yang inklusif, kita bisa berkontribusi nyata dan meraih pengakuan di kancah global,” tutupnya.
Penulis : Alena Damaris
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Dok.Tiara Putri