
Universitas Gadjah Mada menggelar Rapat Kerja Universitas (RKU) yang membahas Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2026, pada Senin (6/10), di Ruang Multimedia I, Kantor Pusat UGM. Kegiatan ini menjadi forum strategis untuk menyelaraskan arah kebijakan tridarma perguruan tinggi di seluruh unit kerja UGM. Melalui RKU, universitas memperkuat koordinasi dan sinergi lintas fakultas, sekolah, dan pusat studi agar pelaksanaan program berjalan searah dengan Rencana Strategis 2022–2027. “RKU menjadi ruang refleksi sekaligus komitmen bersama untuk memastikan arah universitas tetap adaptif dan berdampak,” ujar Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, saat membuka kegiatan.
Dalam sambutannya, Rektor menegaskan bahwa tahun 2026 menjadi fase penting bagi UGM dalam memperkuat kapabilitas dinamis, yakni kemampuan universitas untuk membaca perubahan, menentukan arah tindakan, dan menyesuaikan sumber daya agar tetap relevan. Penguatan kapabilitas ini menjadi kunci dalam merespons percepatan kemajuan teknologi, perubahan geopolitik, dan tantangan pendidikan abad ke-21. “Kita tidak bisa menghindari perubahan lingkungan, tetapi harus memperkuat kapabilitas dinamis agar mampu membaca, menyesuaikan, dan merespons setiap tantangan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Rektor menekankan perlunya perubahan kultur akademik dari teaching culture menuju research and innovation culture. Pergeseran paradigma ini menjadi landasan agar universitas mampu menghasilkan riset dan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta industri. “Sudah saatnya kita menggeser fokus dari sekadar mengajar menjadi menghasilkan riset dan inovasi yang memberi dampak nyata,” tutur Rektor.
Dalam bidang pendidikan, Rektor memaparkan enam fokus penguatan, mulai dari kurikulum adaptif dan literasi bahasa asing hingga peningkatan employability lulusan. UGM juga memperluas akses pembelajaran daring melalui UGM Online dan memperkuat program internasionalisasi mahasiswa. “Kita ingin memastikan setiap lulusan UGM siap menghadapi dinamika global dengan keterampilan abad ke-21,” ujarnya.
Pada bidang riset dan inovasi, universitas terus memperkuat ekosistem yang terintegrasi dari penelitian hingga komersialisasi produk. Melalui kerja sama lintas disiplin dan kemitraan dengan industri, UGM mendorong riset berorientasi hasil guna dan berdampak sosial. “Kita ingin riset yang dihasilkan tidak berhenti di laboratorium, tetapi hidup dan dimanfaatkan masyarakat serta industri,” kata Rektor.
Dukungan terhadap ekosistem inovasi turut diperkuat dengan menghadirkan best practise dari alumni UGM, Dr. Ir. Raphael Aswin Susilowidodo, yang kini menjabat sebagai Vice President R&D dan Regulatory and Medical Affairs PT SOHO Industri Pharmasi. Raphael membagikan pengalamannya dalam mengelola inovasi di industri farmasi. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas fungsi dan budaya berpikir terbuka untuk menciptakan nilai baru. “Inovasi tidak lahir dari satu orang, tetapi dari kemampuan tim untuk menyatukan ide-ide kecil menjadi konsep yang kuat,” ujarnya.
Raphael juga menuturkan bahwa SOHO menerapkan pendekatan Seed to Patient Concept sebagai strategi inovasi berkelanjutan di bidang herbal medicine. Pendekatan ini memastikan mutu produk dari tahap budidaya hingga konsumsi dengan dukungan teknologi presisi dan kemitraan lintas sektor. “Kami percaya inovasi harus menjawab kebutuhan nyata masyarakat dengan tetap menjaga keberlanjutan,” terangnya.
Keterlibatan Raphael sebagai alumni UGM menunjukkan keberhasilan universitas dalam menyiapkan sumber daya manusia yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga mampu berkiprah di industri strategis. Kolaborasi dengan tokoh-tokoh alumni seperti Raphael memperkuat jembatan antara dunia akademik dan dunia industri, sekaligus memperluas dampak inovasi yang lahir dari kampus. “UGM memiliki ekosistem riset yang kuat, dan kami di industri siap menjadi mitra dalam mewujudkan riset yang bernilai guna,” kata Raphael.
Menutup kegiatan, diskusi RKU menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam memperkuat inovasi dan tata kelola universitas yang berkelanjutan. Melalui digitalisasi, pengembangan intelligent university, serta komitmen terhadap green campus, UGM berupaya mewujudkan tata kelola pendidikan tinggi yang tangguh dan adaptif. Seluruh peserta RKU menyepakati bahwa sinergi antarpemangku kepentingan menjadi kunci untuk mencapai target strategis 2026.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Firsto