
Program Studi Magister Agama dan Lintas Budaya (ALB) atau Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS), Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM, berhasil meraih akreditasi internasional “Premium Quality Seal” dari Foundation for International Business Administration Accreditation (FIBAA), yang berbasis di Bonn, Jerman. Capaian ini menegaskan posisi CRCS UGM sebagai program studi yang konsisten membangun jembatan pengetahuan lintas disiplin terkait agama dan budaya di kancah internasional.
Dr. Samsul Maarif, M.A. yang lebih akrab disapa Anchu, selaku Ketua Program Studi ALB, menjelaskan bahwa raihan prestasi ini merupakan bukti kerja kolektif tim yang berdedikasi dan penuh komitmen terhadap mutu pelayanan akademik. “CRCS sesungguhnya tidak menargetkan perolehan FIBAA Premium Quality Seal. CRCS hanya berkomitmen mendukung dan menjalankan agenda internasionalisasi universitas,” katanya, Rabu (8/10).
Setelah mendapatkan sertifikat dari Asian University Network Quality Assurance (AUN-QA) pada 2021, CRCS kembali ditawarkan untuk mengikuti akreditasi internasional oleh universitas melalui Satuan Penjaminan Mutu dan Reputasi Universitas (SPMRU). Atas bantuan dan bimbingan tim SPMRU dan tim Sekolah Pascasarjana, tim CRCS menyesuaikan susunan dokumen aktivitas atau layanan akademik yang terbarukan setiap waktu. “Akreditasi internasional adalah kesinambungan kerja administrasi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Anchu menjelaskan bahwa komitmen pada kualitas layanan akademik berbasis dokumen adalah faktor penting dalam proses penilaian FIBAA. Karena memegang prinsip “administration follows function”, tim CRCS melakukan penyusunan dokumen untuk akreditasi internasional sebagai upaya peningkatan kualitas sistem layanan akademik. Ia menekankan bahwa dokumentasi bukan sekadar formalitas, melainkan bagian dari praktik reflektif untuk semakin meningkatkan kualitas tata kelola akademik. Bagi CRCS, FIBAA tidak untuk merubah sistem layanan akademik, tetapi untuk menegaskan kesesuaian sistem berdasarkan kriteria atau standar Eropa.
Di antara aspek yang dinilai unggul oleh FIBAA adalah kajian interdisipliner, dosen tamu internasional, serta materi kuliah yang mempromosikan aspek antarbudaya. Aspek-aspek tersebut telah menjadi perhatian utama dalam kurikulum CRCS sejak awal dikembangkan. Anchu memberi satu contoh, yakni kajian tentang agama dan ekologi. Mata kuliah tersebut menggabungkan beberapa bidang sekaligus, seperti keagamaan, budaya, lingkungan, politik, hingga kebijakan publik. “Kami mendorong mahasiswa untuk terjun ke komunitas lokal agar memahami dan merasakan konteks keberagaman dengan lebih nyata. Di sana agama tidak hanya dipahami dan dijalankan sebagai keyakinan, tetapi juga bagian dari kehidupan sosial dan kewarganegaraan,” jelasnya.
Capaian FIBAA Premium Quality Seal memberikan manfaat langsung bagi mahasiswa dan dosen, utamanya dalam peluang kolaborasi dan pengakuan internasional. Menurutnya, akreditasi internasional ini memperkuat kerjasama akademik. Secara praktik, akreditasi ini menegaskan jalan bagi CRCS untuk makin aktif membangun kolaborasi tridharma di dunia pendidikan global. “Akreditasi ini bukan sekadar prestasi administratif, tetapi juga pengingat agar CRCS terus menguatkan jembatan keberagaman, sesuai mottonya, “bridging the world of diversity,” katanya
Usai mendapatkan akreditasi FIBAA Premium Quality Seal, CRCS juga terbuka dengan peluang benchmarking dan berbagi pengalaman dengan program studi lain di Indonesia. Akreditasi ini sejatinya menjadi pemantik penguatan sistem mutu pengajaran, penelitian, publikasi, dan pendidikan publik yang berkelanjutan, tidak terbatas pada lima tahun masa berlaku akreditasi, tetapi seterusnya. “Capaian ini kami pandang sebagai pintu luas untuk terus mengeksplorasi pengetahuan dan kemanusiaan lintas sekat dan meningkatkan kualitas layanan,” ujar Ketua Program Magister Agama dan Lintas Budaya ini.
Sebagai refleksi, Anchu berharap bahwa dengan penerimaan dan pengakuan internasional ini, CRCS dapat memberi inspirasi terkait pengembangan pengetahuan, khususnya kajian agama dan budaya, untuk berkontribusi pada kesetaraan, keadilan, dan keselarasan. Realitas keagamaan adalah keberagaman, dan studi agama karena itu penting mengenai pengelolaan keragaman untuk hidup bersama dan berdampingan secara setara, adil dan selaras, dengan sesama manusia dan juga sesama makhluk planet. Di sinilah CRCS ingin terus berperan,” tutupnya.
Penulis : Ika Agustine
Editor : Gusti Grehenson