
Di tengah gempuran teknologi yang semakin melejit, sektor pertanian Indonesia juga turut mengepakkan sayapnya melalui modernisasi data ketahanan pangan nasional. Rencannya BRIN, BPS, dan Bappenas, berupaya untuk mengembangkan teknologi citra satelit, big data, hingga kecerdasan buatan (AI).
Bayu Dwi Apri Nugroho, S.T.P., M.Agr., Ph.D., IPU, ASEAN Eng., Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (FTP UGM), menyetujui hadirnya inovasi digital yang dikembangkan untuk memantau kondisi pangan nasional. Ia mengungkapkan bahwa upaya modernisasi ketahanan pangan membutuhkan data yang bisa diakses dan sesuai kondisi lapangan. “Hadirnya inovasi menjadi salah satu jawaban masyarakat dalam mengatasi kebutuhan data yang akurat, nyata, dan realtime. Memang semuanya sekarang sudah harus berdasarkan data yang termonitor atau tertangkap dengan citra,” kata Bayu, Jumat (10/10).
Di tengah ancaman krisis pangan global, Bayu mendorong pengembangan inovasi teknologi termasuk dalam memonitor ketersediaan dan kebutuhan pangan berbasis citra satelit. Sebab area yang dijangkau di Indonesia sangat luas sementara pemerintah memerlukan informasi yang valid dan tepat waktu. “Saya kira fokus penerapan teknologi ini dapat diawali melalui wilayah prioritas,” ujarnya.
Ia menyebutkan, beberapa wilayah yang perlu dimonitor secara real time yakni Kawasan Sentra Produksi Pangan (KSPP), seperti daerah timur seperti Papua Selatan, Papua, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, hingga kawasan barat antaranya Sumatera Selatan dan Sumatera Utara.
Dari sisi teknologi pertanian, dosen FTP UGM ini menyatakan bahwa sistem modernisasi dapat membantu kinerja petani dan masyarakat. Namun, tidak dipungkiri masih ada tantangan dalam pengembangannya. “Karenanya perlu dikembangkan lagi adalah tata laksana penyampaian informasi yang dihasilkan oleh sistem ke target penerima,” jelasnya.
Ia memberi catatan bahwa memang tingkat pendidikan dan kemampuan petani berbeda satu dengan lainnya, terlebih di daerah yang tergolong pelosok. Dari catatan tersebut, kata Bayu, cara dan alat untuk penyampaiannya yang masih menjadi fokus utama. “Perlu dipikirkan bagaimana cara dan metodenya supaya tepat sasaran dan benar-benar membantu petani,” ungkapnya.
Sebagai penutup, Bayu menegaskan bahwa saat ini kebutuhan akan inovasi digital merupakan suatu keharusan sehingga sektor pertanian perlu mulai menggunakannya. Ia menilai, di tengah tantangan pertanian seperti perubahan iklim, alih fungsi lahan, dan juga regenerasi petani, inovasi digital menjadi salah satu kunci penting untuk bertahan. Melalui penggunaan inovasi digital tersebut, sedikit banyak berpengaruh terhadap perkembangan pangan. “Setidaknya akan membantu memecahkan tantangan-tantangan di sektor pertanian untuk mencapai swasembada pangan,” pungkasnya.
Penulis : Hanifah
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Freepik