
Dosen Fakultas Farmasi UGM, apt. Eka Noviana, Ph.D., kembali dinobatkan menjadi salah satu dari World’s Top 2 Percent Scientist 2025 yang dirilis oleh Stanford University pada September lalu. Sebagai dosen muda, baginya penilaian sebagai ilmuwan berpengaruh ini makin memotivasinya untuk terus melakukan riset dan publikasi yang makin berdampak bagi masyarakat.
Eka menceritakan namanya bisa masuk dalam daftar 2% ilmuwan berpengaruh dunia berkat dari riset selama studi doktoral di bidang analitik di Colorado State University, Amerika Serikat dan mengembangkan metode deteksi berbasis kertas (paper-based analytical device). “Penelitian kami tentang metode deteksi menggunakan kit kertas itu mendapat banyak sitasi. Dari situ, kami akhirnya bisa masuk dalam daftar Top 2% Scientist,” ujarnya, Senin (13/10).
Dari penelitian ini mendorong Eka untuk mengembangkan ketertarikannya dalam mendeteksi bahan berbahaya, baik berupa obat atau zat kimia lain. Di laboratorium Fakultas Farmasi UGM, ia melakukan berbagai uji untuk mendeteksi boraks, pewarna tekstil yang dilarang, hingga kadar obat dalam darah. Ia menceritakan bahwa inovasi ini memungkinkan pengujian langsung tanpa perlu alat besar atau listrik. “Cukup satu tetes sampel, lalu kita deteksi dan bisa tahu hasilnya,” jelasnya.
Dari segi sampah kimia, menurut Eka metode ini tidak hanya efisien, tetapi juga ramah lingkungan. Dengan volume sampel kecil dan limbah kimia minimal, alat ini mudah digunakan di lapangan karena materialnya ringan terurai. Terlebih, melihat dari segi Indonesia yang merupakan negara kepulauan sehingga tidak semua daerah memiliki akses laboratorium atau listrik.
Berangkat dari pengalaman studi di dalam dan luar negeri, ia menyadari tantangan penelitian di Indonesia cukup besar, terutama dari sisi dana dan ketersediaan instrumen laboratorium. Namun, keterbatasan itulah yang justru menjadi dorongan baginya untuk menggali solusi sesuai dengan kondisi yang ada. “Kita kembangkan dengan alat sederhana. Meskipun begitu, penelitian ini tetap bisa berdampak dan bermanfaat bagi masyarakat,” harapnya.
Di akhir wawancara, Eka berpesan agar generasi muda tidak ragu menekuni dunia sains. Ia menekankan bahwa sains itu menarik dari kelebihannya yang dapat memecahkan banyak masalah di sekitar lingkungan dengan pengetahuan dan teknologi.
Ia menambahkan, kunci utama dalam memilih bidang keilmuan yang tepat adalah mengenali minat diri sejak awal. “Supaya tidak salah jurusan, kenali dulu apa yang benar-benar kita suka. Bertanya ke orang yang dipercaya untuk punya gambaran yang lebih nyata,” pesan Eka untuk generasi muda.
Penulis : Hanifah
Editor : Gusti Grehenson