
Di tengah kekayaan sumber daya alam Indonesia, empon-empon seperti kunyit, jahe, temulawak, dan kencur, telah lama dikenal sebagai komoditas tradisional dengan khasiat kesehatan dan kuliner yang tak ternilai. Namun, potensi ekonomi dari rimpang ini seringkali belum tergarap secara maksimal. Peka terhadap hal ini, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan program pemberdayaan masyarakat melalui optimalisasi hasil panen Kampung Empon-Empon di Dusun Ngalian, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman.
Di tangan mahasiswa UGM, empon-empon diolah menjadi produk pangan inovatif berupa puding instan kunyit dan permen jeli dari temulawak, jahe, dan kencur ini lahir dari ide kreatif Oxana F.M Simatupang dan Diah Nasywa Wijaya dan (FMIPA, 2023), Gadiza Larasayu Ginantika (Fakultas Biologi, 2023), Syntia Elsa Manora Simarmata dan Melati Putri Ramadhani (FMIPA 2024). Kelima mahasiswa ini tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) UGM di bawah bimbingan dosen pendamping Mokhammad Fajar Pradipta, S.Si., M.Eng. Kegiatan ini didanai oleh Kemdiktisaintek melalui Program Kreativitas Mahasiswa 2025.
Ketua Tim PKM-PM Sobat Empon, Oxana F.M Simatupang, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan keterampilan anggota untuk mengolah hasil panen empon-empon menjadi produk pangan inovatif. Ia kemudian menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan dari kegiatan ini pun variatif. “Beragam produk tercipta dari kegiatan ini, misalnya puding instan kunyit dan permen jeli berbahan dasar temulawak,” tutur Oxana, Senin (20/10).
Anggota PKM-PM Sobat Empon, Diah Nasywa Wijaya mengisahkan bahwa sebelum adanya program ini, kelompok tersebut rutin menanam berbagai jenis empon-empon, seperti jahe, laos, temulawak, dan kunyit di lahan pekarangan rumah. Namun, hasil panen tersebut belum memberikan manfaat ekonomi yang signifikan karena belum diolah lebih lanjut menjadi produk bernilai jual. “Melihat potensi besar yang belum tergarap ini, kami menjadikan PKK Lestari sebagai mitra utama untuk mengembangkan produk olahan berbasis rempah lokal.” tuturnya.
Melalui serangkaian kegiatan sosialisasi, pelatihan, dan praktik langsung, anggota PKK Lestari dilatih untuk mengolah empon-empon menjadi produk siap jual. “Setiap anggota berpartisipasi aktif dalam proses pengolahan mulai dari penanaman, produksi hingga pengemasan akhir.” tutur Melati, anggota tim yang berasal dari FMIPA UGM.
Ia menyebutkan puding instan dikemas dengan merek ‘Pudak Kunir’, sedangkan permen jeli diberi merek ‘Gendis Empon’, keduanya mengusung brand lokal ‘Rempah Lestari’ sebagai identitas usaha warga Dusun Ngalian.
Gadiza kemudian mengisahkan bahwa selain pelatihan produksi, tim PKM-PM Sobat Empon juga memberikan pendampingan intensif dalam pengemasan, pemasaran, dan pengurusan izin usaha. “Mitra dilatih membuat desain kemasan yang menarik dan memahami strategi pemasaran berbasis digital. Produk mitra kini mulai diperkenalkan melalui kerja sama dengan Posyandu Lestari dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Sleman, serta akan dipasarkan lebih luas melalui platform e-commerce.” jelasnya
Ketua PKK Lestari, Titik, mengaku senang atas kehadiran Tim PKM-PM Sobat Empon. Ia menyadari bahwa pemanfaatan empon-empon di Dusun Ngalian belum optimal. “Setelah adanya program ini, kami jadi tahu cara mengolahnya menjadi produk yang bernilai jual sehingga memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar,” ujar Titik.
Oxana F.M. Simatupang, menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya berfokus pada peningkatan nilai ekonomi produk, tetapi juga pada penguatan peran perempuan di wilayah mitra. Ia berharap kegiatan ini dapat memberikan dampak jangka panjang bagi keberlanjutan ekonomi keluarga di Dusun Ngalian. “Keterlibatan perempuan dalam kegiatan produksi dapat menjadi langkah penting untuk membangun kemandirian ekonomi.” pungkasnya.
Penulis : Aldi Firmansyah
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Tim PKM